Mohon tunggu...
Hendra Wardhana
Hendra Wardhana Mohon Tunggu... Administrasi - soulmateKAHITNA

Anggrek Indonesia & KAHITNA | Kompasiana Award 2014 Kategori Berita | www.hendrawardhana.com | wardhana.hendra@yahoo.com | @_hendrawardhana

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Cerita Pagi Bersama Pecel Bu Sri di Pasar Klojen, Malang

7 Desember 2017   10:02 Diperbarui: 7 Desember 2017   11:38 3033
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bu Sri menuangkan bumbu pecel sebelum melayani pembeli di Pasar Klojen, Kota Malang (dok. pri).

Sabtu pagi itu, sekitar pukul 04.00 kereta api Malioboro Ekspres yang saya tumpangi tiba di Stasiun Kota Baru, Malang, Jawa Timur. Hari masih gelap dan hawa dingin menyergap, saya memilih berdiam sesaat di dalam stasiun. Sebuah kios penjual makanan dan minuman di dekat ruang tunggu saya masuki untuk sekadar meminum segelas teh panas.

Mendekati pukul 05.30 saya memutuskan untuk meninggalkan stasiun dan mulai menapaki jalanan Malang yang agak basah karena semalam diguyur hujan ringan. Bepergian  pada bulan Desember memang harus siap dengan beberapa risiko. Selain kamar hotel dan tiket perjalanan yang sudah banyak dipesan, cuaca menjelang akhir tahun di Indonesia biasanya juga diwarnai hujan atau cuaca tidak menentu.

Setelah berjalan beberapa menit, saya pun tiba di Pasar Klojen yang tak terlalu jauh dari stasiun. Pasar adalah tempat yang selalu ingin saya kunjungi setiap bepergian ke manapun. Selain untuk menyaksikan atraksi-atraksi kehidupan di dalamnya, mengunjungi pasar juga menghadirkan kenangan masa lalu karena saat kecil saya sering diajak Ibu ke tempat ini.

Tapi secara khusus tujuan saya ke Pasar Klojen adalah untuk menyantap Pecel Bu Sri. Keinginan itu terwujud. Ketika saya datang Bu Sri masih sibuk menyiapkan bahan untuk menyajikan pecel. Dengan cekatan ia menata wadah-wadah di atas meja kayu. Wadah-wadah itu berisi antara lain sayuran, bumbu pecel, dan aneka lauk yang mengundang selera.

Tempat Bu Sri berjualan hanya berupa lapak sederhana di dekat pintu masuk pasar. Setiap pengunjung yang memasuki Pasar Klojen pasti dengan mudah menemukannya di dalam pasar. 

Bu Sri sudah berjualan pecel lebih dari 40 tahun di Pasar Klojen (dok. pri).
Bu Sri sudah berjualan pecel lebih dari 40 tahun di Pasar Klojen (dok. pri).
Bahan-bahan untuk membuat pecel dimasak oleh Bu Sri dengan anglo dan arang (dok. pri).
Bahan-bahan untuk membuat pecel dimasak oleh Bu Sri dengan anglo dan arang (dok. pri).
Pagi itu saya menjadi pembeli pertama Bu Sri. Ia pun antusias ketika mengetahui saya baru datang dan sengaja mampir ke tempatnya untuk sarapan. Tangannya kemudian menyiapkan pecel yang saya minta.

Pecel Bu Sri istimewa karena disajikan dengan pincuk daun pisang. Isiannya terdiri dari nasi putih, daun singkong, daun pepaya, tauge, daun kemangi, mentimun, rempeyek, dan mendol, yaitu sejenis olahan kedelai mirip tempe. Semuanya lalu disiram dengan bumbu pecel yang gurih. 

Bu Sri menyediakan tiga bumbu pecel yang berbeda untuk menyesuaikan selera pembeli. Ada bumbu pedas, sedang, dan tidak pedas. Semua bumbu itu dibuatnya sendiri. Ia juga menyediakan stock bumbu pecel yang bisa dibeli sebagai oleh-oleh. Sementara sebagai teman menyantap pecel, tersedia lauk tempe goreng, bakwan jagung, sate daging, peyek ikan, peyek udang, gendar, kerupuk, dan lain sebagainya. Sebagai penyuka pecel saya lahap menyantap Pecel Bu Sri ini.

Ada hal menarik saat menikmati Pecel Bu Sri. Di antara sekian banyak lauk yang disediakan, Bu Sri tidak menyediakan telur. Padahal, umumnya di Jawa Tengah dan Yogyakarta pecel disantap dengan tambahan telur ceplok atau telur dadar. Tentang hal ini Bu Sri punya alasan sendiri. Menurutnya selain pecel bukan makanan khas Malang, pembeli juga lebih suka menikmati pecel buatannya dengan lauk mendol dan bakwan jagung. "Orang juga takut kolesterol kalau makan telur terus", candanya.

Bu Sri berjualan mulai pukul 06.00 (dok. pri).
Bu Sri berjualan mulai pukul 06.00 (dok. pri).
Pecel Bu Sri disajikan dengan pincuk daun pisang (dok. pri).
Pecel Bu Sri disajikan dengan pincuk daun pisang (dok. pri).
Selagi mencecap pecel dengan bumbu tidak pedas, kami pun berbincang. Bu Sri bercerita banyak hal, mulai dari awal mula ia berjualan pecel di Pasar Klojen hingga prinsip hidup yang dipegangnya. Sudah lebih dari 40 tahun Bu Sri menjalani hidup dengan berjualan pecel. Bahkan, sebenarnya lebih lama dari itu karena sejak duduk di bangku SD pun ia sudah membantu ibunya berjualan pecel.

Kesetiaan Bu Sri tidak hanya ditunjukkan dengan tetap menjajakan pecel warisan sang ibu tersebut. Ia juga tetap bertahan di Pasar Klojen meski pasar tersebut semakin sepi karena banyak penjual pindah ke pasar-pasar lain. Bu Sri pun menjadi salah satu penghuni terlama di Pasar Klojen. "Ibu saya dulu berjualan di pasar ini, jadi saya mengikuti", katanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun