Mohon tunggu...
Wardatus Sholihah
Wardatus Sholihah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Malang

Semangatt

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Mencontohkan Sikap Baik Saat Berada di Kawasan Anak Usia Dini

4 Desember 2022   13:57 Diperbarui: 4 Desember 2022   14:04 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mencontohkan Anak Sikap Baik (Lifestyle Kompas.com)

Biasanya anak usia dini bisa mengekspresikan diri sendiri secara berbeda-beda ketika sedang bersama dengan teman dan keluarganya saat di rumah. Hal tersebut membuat anak bisa menempatkan diri sesuai situasi dan kondisi yang mereka rasakan.

Anak-anak yang keterampilan sosial emosionalnya kuat cenderung lebih mampu mengatasi tantangan sehari-hari dan tampil lebih unggul secara akademis, professional, dan dalam kehidupan sosial mereka. 

Anak adalah perjuangan bangsa untuk generasi penerus. Mereka akan mengubah bangsa dan negara ini menjadi bangsa dan negara maju yang mampu bersaing secara internasional. Akibatnya, investasi nasional Indonesia dalam pendidikan anak usia dini sangat besar dan berharga.

Anak-anak pentingnya mengembangkan keterampilan sosial dan emosional mereka agar berhasil berinteraksi satu sama lain. Kemampuan memiliki keterampilan sosial yang baik juga dapat membantu anak-anak menghadapi masalah yang mungkin mereka temui di masa depan. Memiliki keterampilan sosial dan emosional memerlukan metode stimulasi yang sesuai dengan prinsip pembelajaran anak usia dini dan karakteristik anak.

Dengan menggunakan berbagai metode media pembelajaran, perkembangan sosial dan emosional dapat dirangsang di sekolah dengan memperhatikan kurikulum yang ada. Indikator perkembangan sosial-emosional dalam Standar Pencapaian Perkembangan Anak meliputi: a) kesadaran diri, yang meliputi kesadaran diri, pengendalian diri, dan penyesuaian diri dalam berhubungan dengan orang lain; (b) rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain, yang mencakup kemampuan untuk mengetahui hak-haknya, mengikuti aturan, mengatur diri sendiri, dan memikul tanggung jawab atas tindakannya untuk memberi manfaat bagi orang lain; c) bertindak prososial, seperti bermain dengan teman sebaya, memahami perasaan, menanggapi, dan berbagi dengan orang lain, serta menghormati hak dan pendapat orang lain; Bersikap sopan, toleran, dan kooperatif. beradaptasi dengan lingkungan dan berinteraksi dengannya, serta pentingnya keterampilan. Dukungan sosial juga membantu anak berkomunikasi, membangun hubungan, menghargai diri sendiri dan orang lain, serta menanggapi dan menerima kritik dari orang lain.

Perkembangan sosial awal anak dibentuk oleh hubungan mereka dengan orang tua atau pengasuh lainnya di rumah, khususnya anggota keluarga. Anak mulai bermain dengan keluarganya dan orang lain. Tanpa disadari, anak mulai belajar bagaimana berinteraksi dengan dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Setelah itu, interaksi sosial diperluas untuk mencakup tidak hanya keluarga di dalam rumah tetapi juga tetangga dan tahap selanjutnya, yang mengarah ke sekolah.

Proses perlakuan atau bimbingan orang tua yang diberikan kepada anak memberikan dampak yang signifikan terhadap perkembangan sosialnya dan mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial atau norma sosial dalam masyarakat. Sosialisasi biasanya digunakan untuk menggambarkan proses ini. Perilaku sosialisasi adalah sesuatu yang Anda pelajari, bukan sesuatu yang terjadi karena tenggat waktu. Selain proses pematangan, perkembangan sosial anak difasilitasi oleh kesempatan untuk belajar dari perilaku.

Ketika anak berusia empat tahun, tahap pendidikan yang paling mendasar yaitu taman kanak-kanak, dimulai perkembangan sosial menjadi agak lebih kompleks (Rahman, 2002). Anak-anak belajar dengan teman-teman di luar rumah saat ini. Anak sudah mulai bermain kooperatif (bermain dengan teman sebaya). Melalui perkembangan kognitif, Vygotsky dan Bandura mengacu pada teori pembelajaran sosial.

Perkembangan sosial pada anak usia prasekolah (4-6 tahun) sudah dimulai ini terlihat dari kemampuannya dalam latihan berkelompok. kegiatan bersama yang disusun seperti permainan. Pada saat ini, tanda-tanda berikut mulai muncul: 1) Anak mulai memahami aturan, baik di dalam keluarga maupun di lingkungan bermain; 2) Anak secara bertahap mulai mematuhi aturan; 3) Anak mulai memahami hak atau kepentingan orang lain; dan 4) Anak mulai bisa bermain dengan anak lain atau teman sebaya (peer group).

Dari perspektif sosial-emosional, aktivitas membantu anak belajar berempati dengan teman-temannya. Konflik antara keduanya akan membantu anak menyadari bahwa orang lain selain dirinya, khususnya temannya memiliki cara pandang yang berbeda dengan dirinya.

Cara Meningkatkan Perkembangan Sosialemosional Anak

Untuk meningkatkan perkembangan sosialemosional anak, seorang guru harus memperhatikan apa yang terjadi pada siswa sehingga anak dapat mengembangkan kontrol emosi, empati, dan keterampilan interpersonal seperti membangun hubungan dengan orang lain:

  • Tugas seorang guru adalah membina kestabilan emosi anak dan membimbingnya menuju perkembangan lebih lanjut sesuai usianya dengan mengenali emosi itu sendiri.
  • Menghadapi perasaan anak, seorang pendidik harus menengahi membantu mengatasi masalah yang saat ini dialami oleh anak-anak, dengan instruksi untuk menyemangati dirinya sendiri dengan tujuan agar anak dapat bangkit kembali
  • kekacauan yang dialaminya. Pemikiran positif dan optimis dapat memotivasi diri sendiri.

Dari uraian di atas terlihat jelas betapa pentingnya meningkatkan keterampilan sosial dan emosional anak karena kesejahteraan emosional anak pada akhirnya menentukan keberhasilannya dalam situasi sosial. Ada beberapa pedoman penting yang harus diperhatikan oleh para pendidik agar mereka tidak menyerah dalam menyaring perkembangan sosial-emosional siswa:

  • Perlakukan anak dengan hormat dan kagum akan martabatnya.
  • memahami anak secara nyata.
  • Mendorong anak untuk bekerja sama atau dengan teman.
  • Memanfaatkan metodologi pembelajaran yang luas, untuk mencapai kesempatan anak untuk tumbuh.
  • Mendorong anak-anak untuk mengembangkan rasa tanggung jawab yang lebih besar untuk diri mereka sendiri.

Asesmen Perkembangan Sosioemosional Anak Usia Dini

Asesmen perkembangan anak bukanlah hal yang baru. Asesmen merupakan proses pengumpulan data dengan berbagai cara tentang aspek perkembangan dan indikator kemampuan yang harus dicapai sesuai dengan tahapan perkembangan anak. Asesmen perkembangan anak di Tempat Penitipan Anak (TPA) dan Kelompok Bermain (KB) pada dasarnya adalah sama dengan asesmen yang dilakukan disemua lembaga pendidikan anak usia dini. Pada umumnya, setiap aspek perkembangan yang akan dideteksi saling terkait antara satu dengan lainnya.

Proses menggambarkan perilaku anak menjadi fokus penilaian. Perilaku yang dipertanyakan menargetkan area perkembangan yang harus dikuasai anak. Asesmen bertujuan untuk mendeskripsikan fakta perkembangan aktual yang dialami dan dicapai oleh anak (deskripsi), memberikan ringkasan pencapaian perkembangan masing-masing anak (pemetaan), mengelompokkan anak pada pencapaian perkembangan yang relatif sama (pengelompokan), dan menyesuaikan program dengan kebutuhan anak (pemrograman). Untuk melakukan penilaian yang tepat, perlu memperhatikan empat prinsip utama: 1 ) tujuan; 2) terus menerus; 3) bermakna; yaitu mencari dan mengungkapkan informasi atau keterangan yang berarti bagi anak, orang tua, dan lembaga PAUD sehingga dapat 4) memberikan program pendampingan (advokasi) yang tepat.

Pendekatan penilaian formal (penilaian berbasis formal) dan pendekatan penilaian informal (penilaian berbasis informal) adalah dua metode implementasi utama untuk penilaian. Beberapa orang menyebut metode penilaian formal sebagai penilaian berbasis tes karena biasanya menggunakan instrumentasi dan didasarkan pada angka atau skor. 

Pendekatan evaluasi kasual melibatkan keadaan nyata dan pekerjaan nyata anak muda menggambarkan kondisi cara berperilaku untuk semua maksud dan tujuan. Penilaian autentik adalah penilaian di mana guru menggambarkan perilaku anak berdasarkan pekerjaan anak, sedangkan portofolio adalah penilaian di mana guru menggunakan situasi nyata dan membuat deskripsi tentang perilaku yang ditemukan. Prosedur penilaian akan dilakukan sesuai dengan pemilihan pendekatan yang dijadikan acuan penilaian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun