Temuannya, bersumber dari situs psikologi tentang Hirarki Kebutuhan Maslow. Saya kutip, Hirarki Kebutuhan Maslow adalah teori motivasi dalam psikologi yang dikemukakan oleh Abraham Maslow.Â
Dulu model lima tahap kebutuhan, yang menurut saya bisa diterapkan di konteks kepenulisan, berkembang menjadi tujuh bahkan delapan tahapan. Maslow sudah memikirkan motivasi kebutuhan sejak tahun 1960 sampai dengan 1970 sebenarnya.
Apa hubungannya "strong why" menulis dengan Model Delapan Tahap Kebutuhan Maslow? Adaptasinya memang dari teori ini untuk mengukur kita menulis ada di tahapan mana?Â
Memori otak saya merekam kebutuhan menulis itu seperti piramida. Paling bawah adalah menulis karena kebutuhan pekerjaan atau penghasilan atau berorientasi materi karena ada kebutuhan pemenuhan kebutuhan material. Kalau dalam model Maslow, ini tahapan kebutuhan fisiologis.
Saya pernah menulis pada tahapan ini sejak 2003 sampai dengan 2015. Sesuai dengan pemikiran Maslow, kebutuhannya adalah pemenuhan ekonomi karena saya menulis mulai magang sampai dengan karyawan tetap sebagai jurnalis yang bekerja menulis untuk korporasi media.Â
Perkara di balik kebutuhan penghasilan dari menulis ada semangat dan motivasi kuat karena hobi atau passion menulis, itu yang menambah daya juang bertahannya.Â
Namun jelas, menulis utamanya karena dibayar atau digaji untuk menulis. Maka target tulisan dengan jumlah tertentu dengan deadline pekerjaan yang tiada akhir, sudah menjadi risiko dan konsekuensi pilihan menulis pada tahap ini.Â
Paling puncak adalah target tulisan di media online, 10 artikel per hari termasuk dengan menghadiri peliputan peristiwa di berbagai lokasi, wawancara, riset sampai menulis terjemahan. Tahap menulis paling bawah dalam piramida menulis sudah saya lewati di masa muda jaya penuh membara itu.
Lalu saat ini di usia 40 plus, menulis pada tahapan apa? Retrospektif, saya gali  lagi diri ke belakang bukan untuk mengenang drama dan romantismenya tapi pembelajaran.  Saya yakini, tahapan kebutuhan model Maslow yang diadaptasi dalam konteks menulis, sudah enam tahapan terlewati dengan berbagai prosesnya dalam 20 tahun. Kini, saya di fase tahapan ke tujuh dan menuju delapan.
Menulis untuk Aktualisasi Diri
Tahap menulis untuk aktualisasi diri mewujudkan potensi diri, pertumbuhan pribadi dan pengalaman puncak. Bukan disengaja, tapi begitu saya buka kembali akses akun Kompasiana, profil awal tertulis tentang impian menulis buku sendiri.Â