Mohon tunggu...
Kraiswan
Kraiswan Mohon Tunggu... Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Mbah Vs Orangtua: Mbah Lebih Sayang Cucu?

16 Oktober 2025   10:23 Diperbarui: 16 Oktober 2025   18:35 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kasih Kakek-Nenek kepada cucu | foto: iStockphoto

Rupanya, keponakanku (sepantaran dengan anakku) terbiasa diberi jajan manis oleh orangtuanya. Kalau main bareng, otomatis anakku "lengket oleh gula". Mbah Uti (ibuku) tidak tega melihat anak menangis. "Aku ndak tega melihat dia nangis, ya aku kasih permen!" 

***

Mbah VS Orangtua, Mbah Lebih Sayang Cucu?

Aku dan istri tak masalah melihat anak menangis karena keinginan tak dipenuhi. Sedangkan bagi Mbah, anak menangis bak aib. Jadi, apapun akan dilakukan agar anak tidak menangis. Kesannya, Mbah lebih sayang pada cucu. Padahal, anaknya pun tidak diperlakukan begitu. Berikut beberapa penjelasannya.

1. Latar Sejarah Sosial

Dalam masyarakat tradisional, keluarga hidup dalam kelompok besar. Anak yang menikah masih tinggal satu pekarangan atau satu rumah dengan orangtua. Ketika generasi baru lahir, peran Mbah bergeser dari orangtua yang keras menjadi figur pengasuh yang lembut. Mereka tak lagi memikul beban ekonomi, sehingga bisa menumpahkan kasih pada cucu tanpa tekanan.

2. Budaya Jawa tentang Siklus Hidup

Budaya Jawa khususnya ada konsep “urip iku mung mampir ngombe” (hidup hanya singgah sejenak). Saat seseorang sudah tua, fokus hidupnya bukan lagi mencari nafkah/mendidik keras, tapi menikmati waktu bersama cucu sebagai “buah tangan Gusti”. Cucu dianggap penerus garis darah dan tanda keberhasilan hidup, lebih disayang daripada anaknya yang dulu “diolah” dengan disiplin keras.

Ilustrasi kasih Kakek-Nenek kepada cucu | foto: iStockphoto
Ilustrasi kasih Kakek-Nenek kepada cucu | foto: iStockphoto

3. Nilai Psikologis dan Sosial

Saat menjadi orangtua, generasi sebelumnya bersikap keras karena situasi ekonomi dan tuntutan zaman. Setelah menjadi Kakek/Nenek, mereka lebih lembut kepada cucu untuk menebus cara lama yang keras. Cucu memberi rasa muda kembali, juga sebagai simbol bahwa mereka telah berhasil membesarkan anak sampai beranak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun