Aneh bin ajaib, Mbah Kakung menurut. Tumben...
Namun, drama belum berakhir pemirsa. Lima belas menit berlalu, tetiba istri mendapat pesan dari Mbah Putri, intinya Mbah Kakung tidak mau berangkat. Malah rebahan. Lho, cemana ini! Motor istriku pula dibawa Mbah. Hampir aku menjadi emosi dengan tingkah Mbah yang tak bisa diubah ini.
Di luar nurul, istriku mengajak kami menjemput Mbah berdua. Lha sudah jelas yang laki bertingkah, nanti malah merusak suasana loh! Istriku kekeuh. "Kalau Mbah Kakung ndak mau, kita ajak Mbah Putri aja. Kita ambil motornya!" Masuk akal sih.
Di kampung... Anakku diminta maju juga untuk membujuk Mbah Kakung berangkat. Berhasil. Mbah Kakung mau ikut, tapi maunya aku boncengkan di belakang. Hmm...
Seperti pembuka artikel ini, aku bersyukur untuk pasangan hidup yang aku pilih, yang Tuhan anugerahkan. Tak hanya cantik, istriku bisa menyatukan perbedaan, keterpisahan dalam lingkungan keluarga. Mulanya kupikir istriku konyol dan ngeyel. Sudah tahu tak bisa diubah, kenapa harus repot-repot mengajak?
Tapi, itu adalah momen menyatukan. Yang harusnya kita pupuk semangat ini dalam keluarga kita. Tingkahnya menjengkal, membuat emosi, menyusahkan lagi. Tapi, kasih kita tak boleh berubah untuk anggota keluarga sendiri.
Terima kasih, istriku! --KRAISWAN
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI