Ini eranya digitalisasi. Akses pada banyak hal dipermudah dan membuat kita nyaman. Di sisi lain, penipuan, pencurian, dan pembajakan menjadi paket yang tak bisa dipungkiri.
Aku pernah menjadi korban penipuan "Mosok ra kenal karo sedulure?" via telepon.
Salah satu orang tua murid pernah menjadi korban penipuan hingga merugi jutaan rupiah. Ia ditelepon dengan nomor anaknya, mengabarkan bahwa anaknya kecelakaan parah dan harus segera dilakukan operasi sehingga harus mengirim sejumlah uang.Â
Panik, ia mentransfer uang dimaksud. Lalu, anaknya pulang dengan sehat, mengabarkan HP-nya hilang dalam perjalanan.
Penipuan melalui file APK berjudul "undangan nikah" atau "lacak paket" juga marak beberapa waktu lalu. Makin canggih alat komunikasi, malin lihai penipu dan pencuri menjalankan aksinya.
Suatu siang, menjelang pulang kantor aku menelepon istriku via WhatsApp, hendak menanyakan tentang barang yang hendak dibeli. HP istriku berdering, tak lama panggilanku dijawab.
Aku kaget bukan main, sebab suara "Halo" di ujung telepon bukan suara istriku. Lantas suara siapa itu? Suara laki-laki, masih amat muda, dan sepertinya aku familiar dengan suara ini.Â
Tapi siapa dia? Bagaimana dia bisa memegang HP istriku dan mengangkat telepon? Berarti HP istriku sudah dibajak! Harus bagaimana ini...?
***
Anak balita zaman now adalah generasi gadget. Mereka lekat dengan gadget. Hanya dengan melihat dan asal scroll, mereka tetiba mahis memakai gadget. Beda dengan generasi kakek-neneknya yang kaku tangannya untuk menyentuh layar.
Pertama kali berinteraksi dengan layar gawai, mungkin niat orang tuanya mulia, ingin memberikan hiburan melalui video di Youtube. Bak kecolongan, anak bisa mengoperasikan HP tanpa diajari.