Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa…
“Mencerdaskan kehidupan bangsa” adalah amanat Pembukaan UUD 1945. Amanat itu jelas: negara wajib menyelenggarakan pendidikan yang adil, merata, dan bermutu. Namun, dalam praktiknya, tugas besar ini masih menyisakan banyak persoalan.
Pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam sebuah konvensi nasional beberapa waktu lalu—yang menyinggung tantangan keuangan negara dalam membiayai pendidikan—memunculkan kegelisahan publik, Kamis, 7/8/2025 (kompas.com). Kekhawatiran muncul karena masih banyak pekerjaan rumah yang belum tuntas, terutama di daerah.
Kita masih melihat sekolah rusak, guru kurang, akses air bersih dan listrik terbatas, hingga anak-anak yang harus menempuh perjalanan berbahaya demi menuntut ilmu. Sedangkan gaji para pejabat negara sangat besar. Kondisi ini menunjukkan bahwa amanat konstitusi belum sepenuhnya terwujud.
Belajar dari Jepang
Sejarah dunia memberi pelajaran berharga. Setelah Hiroshima dan Nagasaki luluh lantak akibat bom atom, Jepang justru menjadikan pendidikan sebagai fondasi pemulihan. Sekolah darurat didirikan lebih dulu, bahkan hanya dengan meja kursi dari puing bangunan. Prioritas itu terbukti tepat: pendidikan menjadi kunci kebangkitan negara Jepang.
Indonesia pun seharusnya belajar dari hal tersebut. Pembangunan fisik memang penting, tetapi tanpa pendidikan bermutu, bangsa akan sulit bangkit dan berdaya saing.
Bukan Gedung, tapi Mutu
Indonesia sering memoles fisik di dunia internasional: monumen, gedung tinggi, hingga proyek infrastruktur raksasa. Tidak keliru bila memang memberi manfaat luas bagi masyarakat. Namun, jika proyek besar menghabiskan triliunan rupiah tanpa memberi manfaat signifikan, sementara masalah pendidikan dasar terbengkalai, maka arah prioritas pembangunan perlu dievaluasi.
Yang dibutuhkan anak-anak bukanlah bangunan megah, melainkan akses ke pendidikan berkualitas dengan biaya terjangkau, bahkan gratis bila memungkinkan.
Tertinggal dari Negara Tetangga