Mohon tunggu...
Kraiswan
Kraiswan Mohon Tunggu... Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kerja Mati-Matian, tapi Menjaring Angin (?)

6 Agustus 2025   15:11 Diperbarui: 6 Agustus 2025   15:11 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi usaha orang menjaring angin | foto: teologikerja-org, Pixabay.com via tribunnews.com, olah: KRAISWAN

Mahatma Gandhi pernah berujar tentang ketamakan. "Bumi ini cukup untuk memberikan kebutuhan semua manusia, tapi tak pernah cukup untuk satu orang serakah."

Ketamakan bisa memutuskan hubungan kekeluargaan dan persahabatan. Gegara tamak, saudara bisa menjadi lawan, bahkan saling menghilangkan nyawa.

Perumpamaan ini Yesus berikan karena ada orang yang berebut harta dengan saudaranya. Bisa jadi karena salah satu orang ini yang bersikap serakah. Yesus memberi penegasan. Yesus tidak melarang kita menjadi kaya, tapi harus waspada dengan sikap ketamakan. Hanya memperbanyak uang, tanpa pernah puas atau bersyukur.

Orang rela mengejar uang untuk menjadi kaya, sampai membiarkan keluarganya hancur, tidak punya saudara atau sahabat sejati. Kalau ada orang mendekat, hanya karena mau uangnya.

Yesus menyebut orang kaya ini: bodoh. Kekayaan yang dimiliki tidak menjamin hidupnya akan baik-baik saja. Demikian juga kita. Harta berlimpah tidak bisa menjadi andalan bagi hidup kita.

Ilustrasi usaha orang menjaring angin | foto: teologikerja-org, Pixabay.com via tribunnews.com, olah: KRAISWAN
Ilustrasi usaha orang menjaring angin | foto: teologikerja-org, Pixabay.com via tribunnews.com, olah: KRAISWAN

Orang bisa membeli kasur yang mahal dan empuk, tapi tidak bisa membeli kondisi tidur nyenyak. Tidur di hotel bintang 5 misalnya, tapi kalau tidak bisa tidur nyenyak, percuma.

Orang bisa membeli banyak buku, membayar uang untuk mendapat gelar, tapi tidak bisa membeli kepandaian. Orang bisa membayar dekorasi pernikahan mewah, tapi tidak bisa membeli keharmonisan dalam rumah tangga. Orang bisa membeli makanan lezat, tapi tidak bisa membeli nafsu makan.

Orang bisa mengundang teman berkumpul di rumah, makan di restoran mahal; tapi tidak bisa membeli persahabatan sejati. Dari banyak teman kita, mana yang merupakan sahabat sejati? Orang bisa membeli rumah mahal, pengawal mahal, asuransi kesehatan mahal, tapi tidak jaminan memberi keselamatan pribadi.

Harta benda tidak bisa dipakai untuk menunda kematian. Kalau waktunya meninggal, tidak bisa ditolak atau ditunda. Ada tradisi unik saat orang meninggal, misalnya dalam tradisi orang Tionghoa. Orang meninggal itu biasanya dibawakan sesuatu di dalam peti matinya. Rumah? Mobil? Sertifikat? HP? Alkitab?

Demikian diucapkan Tuhan Yesus. Berapa pun harta yang dimiliki, takkan dibawa mati. Pengkhotbah menyebut, segala usaha di bumi ini hanyalah usaha menjaring angin. Inilah pekerjaan yang sia-sia. Pengkhotbah mengingatkan, sumber kehidupan kita adalah Tuhan, bukan harta kekayaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun