Mahatma Gandhi pernah berujar tentang ketamakan. "Bumi ini cukup untuk memberikan kebutuhan semua manusia, tapi tak pernah cukup untuk satu orang serakah."
Ketamakan bisa memutuskan hubungan kekeluargaan dan persahabatan. Gegara tamak, saudara bisa menjadi lawan, bahkan saling menghilangkan nyawa.
Perumpamaan ini Yesus berikan karena ada orang yang berebut harta dengan saudaranya. Bisa jadi karena salah satu orang ini yang bersikap serakah. Yesus memberi penegasan. Yesus tidak melarang kita menjadi kaya, tapi harus waspada dengan sikap ketamakan. Hanya memperbanyak uang, tanpa pernah puas atau bersyukur.
Orang rela mengejar uang untuk menjadi kaya, sampai membiarkan keluarganya hancur, tidak punya saudara atau sahabat sejati. Kalau ada orang mendekat, hanya karena mau uangnya.
Yesus menyebut orang kaya ini: bodoh. Kekayaan yang dimiliki tidak menjamin hidupnya akan baik-baik saja. Demikian juga kita. Harta berlimpah tidak bisa menjadi andalan bagi hidup kita.
Orang bisa membeli kasur yang mahal dan empuk, tapi tidak bisa membeli kondisi tidur nyenyak. Tidur di hotel bintang 5 misalnya, tapi kalau tidak bisa tidur nyenyak, percuma.
Orang bisa membeli banyak buku, membayar uang untuk mendapat gelar, tapi tidak bisa membeli kepandaian. Orang bisa membayar dekorasi pernikahan mewah, tapi tidak bisa membeli keharmonisan dalam rumah tangga. Orang bisa membeli makanan lezat, tapi tidak bisa membeli nafsu makan.
Orang bisa mengundang teman berkumpul di rumah, makan di restoran mahal; tapi tidak bisa membeli persahabatan sejati. Dari banyak teman kita, mana yang merupakan sahabat sejati? Orang bisa membeli rumah mahal, pengawal mahal, asuransi kesehatan mahal, tapi tidak jaminan memberi keselamatan pribadi.
Harta benda tidak bisa dipakai untuk menunda kematian. Kalau waktunya meninggal, tidak bisa ditolak atau ditunda. Ada tradisi unik saat orang meninggal, misalnya dalam tradisi orang Tionghoa. Orang meninggal itu biasanya dibawakan sesuatu di dalam peti matinya. Rumah? Mobil? Sertifikat? HP? Alkitab?
Demikian diucapkan Tuhan Yesus. Berapa pun harta yang dimiliki, takkan dibawa mati. Pengkhotbah menyebut, segala usaha di bumi ini hanyalah usaha menjaring angin. Inilah pekerjaan yang sia-sia. Pengkhotbah mengingatkan, sumber kehidupan kita adalah Tuhan, bukan harta kekayaan.