Belajar Sejak dalam Kandungan
Kami sudah meniatkan untuk mengajari anak bahkan sejak dalam kandungan. Kami memutarkan musik klasik sesuai anjuran para ahli, aku membacakan cerita dari komik Alkitab, dan mengajak ngobrol meski belum ada jawaban---kecuali tendangan kecil dari dalam perut ibunya.
Saat anak mulai bisa duduk di boncengan motor, kami ajak keliling sekitar kota. Di perjalanan, kami mengenalkan berbagai jenis kendaraan, warna, hewan, hingga huruf dan angka. Kini, ia sudah bisa menghitung 1 sampai 10 dan mengeja beberapa kata seperti "ALKITAB".
Kami juga rutin mengajaknya menyatu dengan alam. Ke sawah, ke gunung, ke air terjun, hingga berkemah. Kami bahkan membeli tenda yang kini jadi tempat tidur favoritnya di dalam kamar. Camping ala-ala.
Belajar yang Seru dan Sederhana
Kembali ke worksheet. Anak kami sangat antusias mengerjakannya. Misalnya, saat melihat gambar hewan, ia akan menyebutkan nama-namanya. Lalu aku membantunya menghitung jumlahnya dan menuliskan angka bersama-sama.
Ada worksheet lain yang menyajikan tiga pilihan angka. Setelah menghitung jumlah hewan, aku bacakan satu per satu, dan anakku memilih yang benar. Aku bantu melingkarinya. Aktivitas sederhana ini menjadi waktu berkualitas bagi kami.
Dan dari kebersamaan itu, aku belajar tiga hal penting:
1. Belajar Bisa di Mana Saja, Kapan Saja
Banyak orang menganggap belajar itu baru dimulai saat anak masuk sekolah. Padahal, rasa ingin tahu anak tumbuh jauh sebelum itu. Menundanya justru bisa memadamkan semangat belajar yang alami. Seperti kata Ki Hadjar Dewantara, belajar bisa di mana saja, kapan saja, dari siapa saja. Dan rumah, adalah sekolah pertama mereka.