Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. Kejadian 2:24Â
Menjadi satu daging adalah konsep kesatuan dalam pernikahan Kristen. Menjadi satu daging tak dapat dipisahkan.Â
Analoginya begini: Bayangkan suatu kali Anda mengalami kerusakan kedua ginjal. Satu-satunya cara menolong adalah mencari pendonor. Ada seorang yang rela mendonorkan salah satu ginjalnya pada Anda. Donor itu dicangkokkan ke dalam tubuh Anda, dan berhasil. Anda hidup. Setelah itu, dapatkah Anda mengatakan ginjal dalam tubuh itu milik orang lain, lalu diambil dan dikembalikan? Jika begitu, Anda bisa mati. Menjadi satu daging tak bisa lagi dipisahkan. (Mungkin analogi ini tidak sempurna)
Jelasnya, dalam pernikahan Kristen tidak ada konsep perceraian. Menikah untuk mencapai kesatuan dan pertumbuhan dalam keluarga, bukan bercerai. Ada lho orang Kristen yang bercerai. Karena mereka tidak taat, itu saja.
Ikut Retret Lagi
Dua bulan lalu, aku dan istri mengikuti retret parenting di Bandungan. Sebenarnya, tidak ada niatan kami ikut retret ini. Alasannya, tahun lalu baru retret, dan kondisi keuangan yang terbatas. Tapi, atas kasih karunia kami ikut juga. Siapa sangka, kami diberi kelimpahan berkat dari tiap sesi.
Selesai acara retret, kami diberi kesempatan konseling pribadi dengan pembicara. Topik utamanya masalah komunikasi dan pergumulan anak kedua.
Alih-alih mendapat jawaban atas pergumulan yang dihadapi, kami ditampar dengan satu 'diagnosa': belum ada kesatuan dalam diri saya dan pasangan. Waduh...
Akhirnya kami didorong untuk ikut konseling lanjutan secara online dengan tarif promo, spesial dari acara retret. Asyik!
Sebelum pertemuan pertama, kami diberi PR. Masing-masing saya dan istri harus menjawab pertanyaan yang diberikan, diketik di Ms. Word, dikirim ke konselor, lalu akan dibahas saat pertemuan online. PR macam ini seru-seru syahdu. Aku biasa menulis, tak masalah. Istriku jarang mengetik, sekali mengetik bisa panjang.
Dalam hal komunikasi, kami diberi beberapa tips dan strategi, salah satunya tentang couch time. Apa itu...?Â
Waktu di Sofa, tapi Tak Punya Sofa
Couch time (waktu di sofa) dapat merujuk pada waktu bersantai di sofa bersama pasangan atau waktu menonton TV. Tapi, kami tak punya sofa di rumah. Sukanya lesehan seperti orang Batak. "Bukan soal sofanya, tapi waktu yang disediakan khusus untuk mengobrol bersama pasangan." ujar Pak Jarwo, konselor kami.
Wah, kami banyak diajar. Senangnya. Selama ini sering kita berpikir alat menjadi penentu suatu keberhasilan, termasuk dalam hubungan dengan pasangan. Tidak, bukan alat, tapi tentang usaha terus-menerus dalam komunikasi, mengasihi pasangan, melayani dan menyatakan kasih.
Bagaimana Kami Melakukan Couch TimeÂ
Sebenarnya mengobrol berdua dengan pasangan sudah kami biasakan sejak pacaran. Tapi, setelah memasuki pernikahan dan punya anak, kesibukan pekerjaan, mengasuh anak, dan beberes rumah menyita waktu dan perhatian kami. Alhasil, pasangan mendapat sisa.
Meski begitu, kami mengusahakan waktu berdua bersama pasangan minimal seminggu sekali. Saat anak dititip ke tempat Mbah, setelah gajian aku biasa mengajak istri dinner atau nongkrong di suatu tempat bernuansa alam. Ini penting untuk merawat relasi pernikahan kami. Hiking atau tracking di sarea persawahan pun sudah menyenangkan buat kami.
Manfaat Couch Time bersama PasanganÂ
Bagi pekerja, delapan jam kita habiskan untuk pekerjaan, delapan jam istirahat dan sisanya untuk keluarga dan orang lain. Berapa kita sisihkan buat pasangan?
Padahal, couch time memiliki beberapa manfaat, di antaranya:Â
- Meningkatkan kualitas komunikasi.
- Menjadi kesempatan untuk berbagi dan mendengarkan pasangan.
- Berlatih mendengarkan secara aktif.
- Kesempatan untuk merencanakan acara dan tujuan pribadi.
- Kesempatan untuk rileks dan mengurangi stres.
- Kesempatan untuk mengajarkan anak menghargai waktu ayah dan ibu. (seiring berjalannya usia)
Bagaimana Melakukan Couch Time?
Kebanyakan kita punya sofa harga jutaan di rumah. Makin bagus sofa, makin mahal harganya. Mengutip newlifecounselling.life, yng mungkin tidak kita sadari adalah bahwa sofa Anda memiliki fitur bonus luar biasa yang tak disertakan dalam buku petunjuk.
Fitur bonus sofa yang hilang ini disebut "waktu sofa". Bagian terbaiknya, hanya membutuhkan waktu 10 menit dari hari Anda. Hanya 10 menit sehari untuk meningkatkan waktu berkualitas dalam hubungan Anda dan pasangan.
Kalau mengobrol, biasanya yang kita bicarakan orang lain. Hentikan sekarang. Di samping Anda adalah pasangan Anda. Dia layak mendapat perhatian Anda. Dengarkan dia, simak cerita dan perasaannya.
Mungkin tak semua kita fasih menerapkannya, kecuali sudah terbiasa sejak pacaran. Aku dan istri lebih intens diskusi setelah diajar konsep couch time. Inginnya membahas orang lain, tapi pasanganku lebih penting. Aku akan mendengar apa yang dia alami dan rasakan, begitu sebaliknya.
Dampaknya, aku dan istri akan lebih pengertian, cepat berdamai jika bergesekan, dan makin romantis. Malahan, jangka panjangnya harus mengalami pertumbuhan dalam rumah tangga. --KRAISWANÂ
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI