Dalam hal komunikasi, kami diberi beberapa tips dan strategi, salah satunya tentang couch time. Apa itu...?Â
Waktu di Sofa, tapi Tak Punya Sofa
Couch time (waktu di sofa) dapat merujuk pada waktu bersantai di sofa bersama pasangan atau waktu menonton TV. Tapi, kami tak punya sofa di rumah. Sukanya lesehan seperti orang Batak. "Bukan soal sofanya, tapi waktu yang disediakan khusus untuk mengobrol bersama pasangan." ujar Pak Jarwo, konselor kami.
Wah, kami banyak diajar. Senangnya. Selama ini sering kita berpikir alat menjadi penentu suatu keberhasilan, termasuk dalam hubungan dengan pasangan. Tidak, bukan alat, tapi tentang usaha terus-menerus dalam komunikasi, mengasihi pasangan, melayani dan menyatakan kasih.
Bagaimana Kami Melakukan Couch TimeÂ
Sebenarnya mengobrol berdua dengan pasangan sudah kami biasakan sejak pacaran. Tapi, setelah memasuki pernikahan dan punya anak, kesibukan pekerjaan, mengasuh anak, dan beberes rumah menyita waktu dan perhatian kami. Alhasil, pasangan mendapat sisa.
Meski begitu, kami mengusahakan waktu berdua bersama pasangan minimal seminggu sekali. Saat anak dititip ke tempat Mbah, setelah gajian aku biasa mengajak istri dinner atau nongkrong di suatu tempat bernuansa alam. Ini penting untuk merawat relasi pernikahan kami. Hiking atau tracking di sarea persawahan pun sudah menyenangkan buat kami.
Manfaat Couch Time bersama PasanganÂ
Bagi pekerja, delapan jam kita habiskan untuk pekerjaan, delapan jam istirahat dan sisanya untuk keluarga dan orang lain. Berapa kita sisihkan buat pasangan?
Padahal, couch time memiliki beberapa manfaat, di antaranya:Â
- Meningkatkan kualitas komunikasi.
- Menjadi kesempatan untuk berbagi dan mendengarkan pasangan.
- Berlatih mendengarkan secara aktif.
- Kesempatan untuk merencanakan acara dan tujuan pribadi.
- Kesempatan untuk rileks dan mengurangi stres.
- Kesempatan untuk mengajarkan anak menghargai waktu ayah dan ibu. (seiring berjalannya usia)
Bagaimana Melakukan Couch Time?