Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Anak SD Bertengkar: Wajar atau Kurang Ajar?

24 Februari 2024   12:44 Diperbarui: 24 Februari 2024   12:44 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak bertengkar | foto: cadey.co

Sambil menunggu antrian, anak-anak melakukan beragam kegiatan. Ada yang bermain kartu, bermain dengan anjing peliharaan pemilik studio. Ada yang pinjam HP buat konten Tiktok. 

Ada yang lari-larian dan mengambil batu dan ranting di sekitar. Ada pula yang mengobrol akrab berdua, heyaaahh... Tak ketinggalan, ada yang main ciprat-cipratan air. Suasana hari itu pas panas-panasnya.

Saat adegan ciprat-cipratan inilah terjadi drama. Dimulai dengan rasa bahagia diiringi canda tawa, lalu berlanjut dengan pertengkaran dengan emosi membara.

Ini agenda foto buat katalog, sebagai kenangan sebelum lulus, malah diwarnai kegiatan bertengkar. Bukankah mereka kurang ajar? Ada guru yang mendampingi, ada banyak teman melihat, di luar area sekolah pula. Atau, wajar karena masih anak-anak? Apalagi di era medsos dan game online, mereka sering terpapar konten yang berisi kekerasan.

Kalau anak SD bertengkar, wajar atau kurang ajar?

Menilik dasarnya, setiap makhluk hidup akan mempertahankan diri jika mendapat ancaman. Naluri. Pertahanan dirinya pun bisa bermacam-macam. Berteriak, melotot, mengkritik, menggebrak meja, dan--pertahanan terbaik adalah--melawan. Demikian pun anak-anak. Wajar jika anak SD bertengkar, apalagi laki-laki. (Disclaimer: aku tidak membenarkan bertengkar sebagai solusi.)

Ceritanya, waktu menunggu antrian itu, di siang terik, beberapa murid pria bermain cipratan air dari botol air minum kemasan. Sudah aku tegur, banyak kali, tidak boleh menyia-nyiakan air minum. Ini air kran kok, Mr, katanya. Mau bagaimana, di siang terik ini, bermain air adalah kesenangan.

Si Jojo mencipratkan air pada si Momo. Si Momo balas menciprat, apes, Dodo ikut kena ciprat. Pas di dekatnya ada bongkahan batu, Dodo menggapainya dan melempar pada Momo. Syukurnya (tapi luka juga), cuma kena tangan. Momo tak terima, langsung mengajak berantem. Naluri.

Momo sudah panas, Dodo pun merasa jadi korban. Soal batu itu tetiba di tangannya, adalah rahasia ilahi. Jaka langsung membekap Momo--keduanya ikut bela diri karate dan taekwondo. Baba berusaha menenangkan Dodo meski berjarak, tak sampai membekap seperti dilakukan Jaka.

Atas kondisi itu, aku nge-freeze beberapa detik. Apa kira-kira yang bakal mereka lakukan, akankah sampai baku hantam? Padahal, di kelas mereka sering diajar supaya saling menghormati dan menghargai. Ini diajak foto buat kenangan selama di SD, malah diwarnai acara bertengkar. Itu kan kurang ajar namanya. Tidak mengasihi sesama, tidak menghormati guru yang menjaga.

Tanpa mencari tempat berteduh, aku minta Jaka dan Baba mundur, mencoba menengahi Momo dan Dodo, meski ikut naik tensi juga. Mana panas sekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun