Yang namanya perintah atasan (gubernur), harus dipatuhi oleh bawahannya (dinas pendidikan hingga kepala satuan pendidikan). Tapi, apakah perintah tersebut memiliki dasar hukum? Kalau muridnya diwajibkan tiba di sekolah pukul 5, gurunya harus datang jam berapa? Sedangkan mereka juga punya keluarga yang harus diurus.
Bagi yang sudah menikah tentu paham, betapa repotnya seorang perempuan mengelola dapur. Menyiapkan sarapan, memandikan anak, menyiapkan pakaian, membuatkan kopi untuk suami, belum lagi... berdandan. Masih harus mengajar dan mengerjakan admisnistrasi pembelajaran.
Sedangkan, sebelum ada kebijakan masuk jam 5 pagi, guru di sekolah negeri (beberapa tempat, khususnya di pedesaan), gurunya bisa izin pulang ke rumah atau belanja di tengah kegiatan belajar mengajar.
Anggota Komisi X DPR RI Andreas Hugo Pareira menilai, kebijakan masuk sekolah jam 5 pagi tidak punya alasan kuat. Kebijakan tersebut banyak ditolak guru dan orang tua. Andreas berujar, jangan membuat kebijakan hanya atas dasar selera pembuatnya. Jangan menjadikan murid sebagai 'kelinci percobaan'.
Di samping itu, Kepala Ombudsman NTT Darius Beda Daton menilai kebijakan yang diterapkan secara mendadak ini sebagai tanda takutnya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT terhadap gubernur Viktor. Dia belum mendapat dasar hukum mengenai kebijakan ini. Nanti kalau gubernur yang baru minta murid masuk sekolah jam 2 pagi, apa mau diikuti secara 'buta'?
Kalau gurunya terlambat
Tidak hanya bagi murid dan orang tua, kebijakan berangkat sekolah jam 5 pagi juga merugikan guru. Pihak sekolah mengharuskan murid tiba jam 5 pagi di sekolah, bagaimana kalau gurunya sendiri terlambat? Malah jadi batu sandungan.
Seperti aku bahas di atas, guru (entahkah laki-laki atau perempuan) juga punya keluarga yang harus diurus. Sangat mungkin gurunya juga terlambat jika urusan di rumah saja belum selesai.
Dampak kurang tidur bagi kesehatan
Menurut Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), kebijakan masuk sekolah pukul 5 pagi akan berdampak buruk pada tumbuh kembang anak, termasuk pada kesehatan dan kemampuan belajarnya. Idealnya, anak-anak dan remaja perlu 8-10 jam setiap hari untuk istirahat. Jika anak kurang waktu tidurnya akan menyebabkan kesehatan tubuh dan pertumbuhan otaknya terganggu.
Publikasi di Journal Academic Pediatrics menunjukkan bahwa anak-anak yang kurang jam tidurnya cenderung memiliki mood yang labil, mudah marah, sulit konsentrasi ketika melakukan sesuatu dan mengalami kemampuan belajar di sekolah. Lebih lanjut, kurang tidur menyebabkan stres dan pola hidup tidak sehat.
