Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Teknologi Chip Implan: Super Praktis, tapi Tetap Harus Kritis

14 Desember 2021   21:09 Diperbarui: 14 Desember 2021   22:15 1666
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Microchip implan | gambar: nfcchip geekwirecom via liputan6com

Penanaman chip pada tubuh manusia | gambar: Tiktok/@robot_scott via IG/dtech.engineering
Penanaman chip pada tubuh manusia | gambar: Tiktok/@robot_scott via IG/dtech.engineering
Teknologi secanggih apa pun seperti pedang bermata dua, termasuk implan chip. Selain menawarkan kemudahan, chip ini merenggut privasi pengguna. Sebab, data di chip biasanya tidak dienkripsi, sehingga terbuka lebar orang lain mengambil data di dalamnya. Chip implan yang dilengkapi dengan pelacak memberi kontrol bagi penyedia untuk selalu mengetahui posisi pengguna.

Untuk mendapat gambaran betapa riskan chip implan ini, sila tonton film Kingsman: The Golden Circle (2017). Maniak bernama Valentine memproduksi SIM card dan membagikan gratis kepada siapa pun yang mau. Dengan card ini orang bisa berkirim pesan, melakukan panggilan, dan akses internet gratis, selamanya. Efeknya, si penyedia punya kendali penuh atas pengguna SIM card. Ngeri.

Menurut laporan liputan6.com pada 24/3/2019, Swedia menjadi salah satu negara yang memulai implan microchip pada warganya. Dilansir NPR, sudah ada 3.000 warga Swedia yang bersedia ditanamkan microchip. Kerelaan mereka didasari pada metode yang praktis daripada repot membawa dompet.

Di Swedia, microchip untuk manusia pertama kali dipakai pada 2015. Kini, tangan orang yang ditanami microchip bisa dipindai untuk booking tiket kereta secara daring maupun keperluan lain yang memerlukan akses, ke tempat gym misalnya.

Baca juga: Sepatu Nike Limited Edition, Minat? Awas Sesat!

Meski begitu, Ben Libberton, ahli mikrobiologi di MAC IV Laboratory di Kota Lund menyebut ada bahaya serius pada implan microchip di tubuh manusia. Salah satunya bisa menyebabkan infeksi atau reaksi ke sistem imun. Data yang dikumpulkan dan dibagi oleh implan-implan memang masih kecil, tapi pasti akan bertambah, imbuh Libberton. Makin banyak data yang disimpan di suatu tempat seperti chip, bakal lebih banyak risiko yang bisa menimpa kita. (liputan6.com)

Risiko menggunakan microchip dalam tubuh | gambar: IG/dtech.engineering
Risiko menggunakan microchip dalam tubuh | gambar: IG/dtech.engineering

Selain itu, ada hal lain yang perlu diwaspadai. Implan chip dalam tubuh mengacu pada antikris---paham sesat yang menjerumuskan manusia menjelang akhir zaman. Bagian ini berat, anda boleh percaya, boleh tidak.

Dan ia menyebabkan, sehingga kepada semua orang, kecil atau besar, kaya atau miskin, merdeka atau hamba, diberi tanda pada tangan kanannya atau pada dahinya, dan tidak seorang pun yang dapat membeli atau menjual selain dari pada mereka yang memakai tanda itu, yaitu nama binatang itu atau bilangan namanya... dan bilangannya ialah enam ratus enam puluh enam. --Wahyu 13:16-18

Dengan memakai tanda tersebut, sama artinya menyetujui dan menyembah kepada makhluk yang menyesatkan itu (bertanduk dua, berbicara seperti seekor naga; gambaran sosok iblis). Meski chip implan yang saya bahas di muka terkait multi-akses, tapi tanda bercetak tebal di atas mengacu pada transaksi masa depan. Jika kini transaksi dimudahkan dengan kartu ATM, mbanking atau mobile banking. Kelak, cepat atau lambat, transaksi kita cukup dengan chip dalam tubuh.

Kita pun dibuat dilema. Jika tidak memakai tanda, kita tidak bisa melakukan transaksi. Lalu makan dan bermacam kebutuhan bagaimana? Jika memakai, berarti kita menyembah yang sesat. Sebaiknya bagaimana? Sudah ada peringatan dan petunjuk. Mari kita kritis dan waspada. --KRAISWAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun