Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kau yang Mengobarkan Semangat agar Kami Merdeka

25 November 2020   18:20 Diperbarui: 25 November 2020   18:32 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi guru mengajar, foto: inovasi.or.id

Kau membuat diktat dengan tulisan tangan yang lebih rapi, tegas dan jelas melebihi mesin tik yang berisik. Kau memberi ekstra pelajaran sepulang sekolah meski tanpa tambahan upah. Semua demi satu tujuan, agar kami lulus ujian. Betapa bangganya dirimu jika tiada kami yang tertinggal.

Berkatmu, kini aku di bangku SMP. Bagi bapak ibu kami, menemukan formula keseimbangan "pasak" dan "tiang" saja pusing. Tak mampu mereka mengajar Sistem Persamaan Linear Dua Variabel sepertimu. Dengan ibu jari dan telunjuk, kau hipnotis kami pada angka dan huruf yang dijumlahkan menjadi angka lain yang sama sekali berbeda, tak nampak hubungan darah yang merekatkan mereka.

Jenggot dan jambang menyatu tak membenarkan kau kejam atau bengis. Suaramu membahana hingga ke lapangan paving tak lebih luas dari tempat parkir swalayan seberang jalan. "Tenses penggunaannya berbeda-beda menurut...?" Disebabkan senyap ibarat kau satu-satunya penghuni, sabar kau mengulang tanpa mendongkrak intonasi.

"...Penggunaannya berbeda-beda menurut...??" "Waktunya!" sergah salah satu kami demi menyelamatkan umat. Tak peduli jika ngawur. "Bagus!" Begitu pun sudah membuatmu lega. Teriakmu takkan sia-sia.

Dan wah... lihatlah, tiga tahun bagai tiga minggu saja. Kini aku berseragam putih abu-abu. Aku sudah makin besar, dan pintar.

Kau mengajari kami berwirausaha. Kau suruh kami mengunjungi kerabat, tetangga atau siapa pun yang punya usaha. Kami harus mewawancara tentang bahan baku, cara produksi dan segala macamnya sambil direkam. Ini pasti jadi bekal berharga.

Kau utus kami praktik lapangan. Mengunjungi petani salak. Kami harus minta bibitnya untuk ditanam di sepenggal lahan belakang laboratorium. Perkembangbiakan vegetatif.

Kau dorong kami jadi berani. Entah besok jadi penyanyi atau juru mimpi, kami harus praktik menyanyi. Tanpa teknik atau teori yang tinggi-tinggi, kau longgarkan kami memilih lagu sendiri. Dengan mikrofon, TV dan pemutar kaset, kami harus tampil di depan teman-teman dalam ruang serba guna. Meski kau tahu getar tenggorok kami lebih merdu ketika diam, kau tetap mendengar kami.

***

Terima kasih, guruku. Semua kerja keras kau lakukan tulus-ikhlas. Kutahu, bahan bakar yang tak pernah kosong darimu adalah semangat. Semangat untuk membentuk kami lebih baik ketimbang orang tua kami. Agar kami terentas dari kebodohan. Supaya kami merdeka.

Mengobarkan semangat dari jarak jauh, foto: HENI P.R/KRIS WANTORO
Mengobarkan semangat dari jarak jauh, foto: HENI P.R/KRIS WANTORO

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun