Mohon tunggu...
Kris Wantoro Sumbayak
Kris Wantoro Sumbayak Mohon Tunggu... Guru - Pengamat dan komentator pendidikan, tertarik pada sosbud dan humaniora

dewantoro8id.wordpress.com • Fall seven times, raise up thousand times.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jadi Petani Itu Berat, Aku pun Tak Kuat

14 Mei 2020   13:37 Diperbarui: 14 Mei 2020   13:30 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi lahan | KRIS WANTORO

Mari wisata sejenak. Buka buku paket IPS halaman 95, baca dalam hati semua paragraf! Pada masa pendudukan Belanda, rakyat harus menggarap tanahnya sendiri, menyerahkan hasilnya kepada penjajah. Yang punya tanah siapa, yang banting hidup siapa, yang meraup untung siapa. Bukankah penjajahan mental masih eksis saat ini?

Berat 'kan guys. Ini kali ya sebabnya anak muda sekarang, apalagi milenial ogah jadi petani

Meski begitu, Tuhan menganugerahkan para petani jiwa yang tulus. Pernah aku dan pacar travelling ke Jogja via Kopeng. Pas ada petani sayur yang sedang panen. Mumpung lewat, beli sayur dong langsung dari petani. Bisa untuk oleh-oleh dan dimasak di rumah. Aku nempil (membeli barang dengan seadanya uang) Rp.5.000. Cukuplah seikat kecil, pikirku. Tapi yang terjadi malah kami diberi seplastik besar macam mau kulakan (profesi tengkulak). Wadaw. "Ndak papa, kami kan tidak berdagang mas", jelas seorang bapak. Iya sih, tapi... Akhirnya kukode pacarku agar menambahkan jumlah uangnya tanpa mereka tahu.

Satu hal, meski hidup berat jadi petani tak menghalangi untuk memberi lebih.

Salam,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun