Mohon tunggu...
Wahyu Aning Tias
Wahyu Aning Tias Mohon Tunggu... Freelancer - orang biasa yang menulis karena kepengen

Terimakasih Marx, Kafka, Dostoyevski, Chekov, Camus, Murakami, Coelho, Rumi Dari kalian mengalir kefasihan bertutur dan kebijaksanaan dalam diam

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pulang, Terulang

17 April 2021   15:58 Diperbarui: 17 April 2021   16:00 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Agnes tersenyum senang mendengarnya, sementara Koko masih saja menjerit-jerit dan baru diam setelah Agnes menyodorkan susu botolnya. Tak lama kemudian Koko terkantuk-kantuk dalam gendongannya. Agnes meletakkan Koko ke sebuah dipan kecil tak jauh dari tempatnya. Dengan penuh bantal di semua penjuru, khawatir Koko akan terjatuh dari tempat tidurnya, karena ini bukan pertama kali Koko terjatuh dari dipannya.

Wajah tidur Koko selalu menyenangkan hati Agnes, di sela-sela waktunya menjaga toko dengan puluhan orang yang datang setiap harinya, melelahkan. Hanya wajah dan tawa Koko yang menguatkan Agnes. Airmatanya menitik saat sedetik kemudian datanglah pelanggan mencari kipas angin dan televisi 14 inch.

"Iyaa... Samiun, cepat ambilkan itu!" Agnes menyeka airmata dan memanggil asistennya untuk membantu. Dalam keseruan tawar-menawar antara penjual dan pembeli itu, ada sesosok manusia kecil yang tetap terlelap, tak peduli seriuh apapun keadaannya. Dengan mulutnya yang sesekali seperti mengedot, sangatlah imut.

"Ambil aja si Koko."

Agnes terkejut mendengar kata-kata suaminya saat mereka tengah makan malam bertiga. Koko memain-mainkan makanan di hadapannya, tidak peduli.

"Papi serius?" tanyanya lagi, hampir saja Agnes melompat girang mendengarnya.

"Aku sih belum nanya ke Saroh, tapi kondisi ekonominya sedang gak bagus, anaknya juga sudah ada lima yang harus dia jaga." Rozak mengunyah makanannya sambil matanya menerawang.

"Lagipula kita belum dikaruniai anak. Aku juga sudah setua ini, mana mungkin bisa bikin kamu bunting. Spermaku sudah semakin menua sepertiku." Rozak mengelus kepala Koko yang masih saja tidak memerdulikan percakapan dua orang dewasa di sampingnya.

Demi Tuhan ini adalah hari baik bagi Agnes, siapa juga yang tak senang, di tengah keinginannya yang teramat sangat untuk mendapatkan momongan, dunianya yang sebelumnya berputar kencang, menjadi lambat dan menyenangkan saat bayi Koko hadir di pangkuannya.

"Abah, aku nitip anakku. Kami sudah tidak punya uang untuk membelikan susu dan semua keperluannya." Saroh berkata sambil matanya berkaca-kaca. Saroh menangis saat bayinya berpindah dari tangannya ke ibu tirinya yang terpaut jauh lebih muda darinya. Serasa ada yang tercerabut dari akar dirinya, tetapi Saroh memilih pasrah. Bukan keinginannya untuk menelantarkan bayinya. Tetapi keadaan memaksanya untuk mencari orang yang paling dia percaya untuk menitipkan anaknya, dan berjanji akan menjemputnya kembali kelak, ketika keadaannya sudah memungkinkan.
Agnes bukannya berniat melupakan hari itu, hari dimana bayi Koko hadir di hadapannya.
"Tapi Pap, bagaimana kalau Saroh tidak berubah pikiran?" Tanya Agnes sambil membawakan kopi seduhannya untuk suaminya. Koko sedang dibopong oleh kakeknya mengelilingi teras rumah, tawanya riuh dan menyenangkan siapapun yang mendengarnya.

"Ya, nanti aku dan Saroh akan membicarakannya. Lagipula masih belum ada kabar dari Saroh sampai sekarang." Rozak menyeruput kopi panas di hadapannya. Dia selalu suka kopi panas. Koko sudah berpindah dari punggung kakeknya ke pangkuan neneknya. Agnes langsung asyik bernyanyi puk ami-ami bersama Koko yang tertawa setiap kali lagunya berakhir dengan gelitikan di perutnya yang buncit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun