1. Sumber energi. Berupa energi yang digunakan untuk menerangi objek yang diamati. Sumber ini bisa alami (seperti matahari) atau buatan (seperti radar).
2. Interaksi energi dengan objek. Energi elektromagnetik yang datang akan dipantulkan, diserap, atau dipancarkan kembali oleh objek dipermukaan bumi.
3. Sensor dan wahana. Sensor adalah alat yang merekam energi pantulan atau pancaran dari objek, sedangkan wahana adalah media pembawanya seperti satelit, pesawat, atau drone.
4. Transmisi dan perekam data. Energi yang telah direkam akan dikonversi menjadi sinyal digital akan dikirim ke stasiun bumi untuk diolah.
5. Analisis dan interpretasi. Data yang diperoleh diolah melalui teknk digital untuk menghasilkan citra, peta, atau informasi tematik.
C. Perkembangan penginderaan jauh
Awalnya penginderaan jauh hanya digunakan untuk kepentingan militer dan pemetaan dasar, namun kini telah berkembang menjadi alat penting dalam berbagai bidang seperti, pertanian, kehutanan, kelautan, tata ruang, mitigasi bencana, hingga pengolahan sumber daya alam.
Menurut Campbell dan Wynne 2010, perkembangan penginderaan jauh dapat dibagi menjadi beberapa tahapan yaitu,
1. Fase awal (1850-1970)
Perkembangan penginderaan jauh dimulai pada pertengahan abad ke-19 dengan penggunaan foto udara. Kamera pertama kali dipasang pada balon udara dan layang-layang untuk memotret permukaan bumi. Foto udara ini digunakan untuk pemetaan wilayah dan keperluan militer, terutama pada masa Perang Dunia I dan II.
Setelah perang dunia, kemajuan teknologi roket dan penerbangan mendorong perkembangan satelit observasi bumi. Tahun 1960 menjadi tonggak awal diluncurkannya satelit TIROS oleh amerika serikat, yang digunakan untuk memantau cuaca. Pada tahun 1972, satelit Landsat-1 atau yang sebelumnya dikenal sebagai ERTS-1 diluncurkan oleh NASA. Satelit ini mampu merekam data multispektral yang berguna untuk analisis vegetasi, geologi, dan hidrologi (Lillesand, 2015).