Sebagai mahasiswa Pendidikan Luar Biasa, kami merasa sangat beruntung mendapat kesempatan untuk melaksanakan asistensi mengajar di PAUD Laboratorium UM Kota Blitar. Pengalaman ini menjadi salah satu momen paling berkesan dalam perjalanan pendidikan kami, karena memberikan kami kesempatan tidak hanya untuk mengimplementasikan teori yang telah kami pelajari di bangku kuliah, tetapi juga untuk mengenal dunia pendidikan anak usia dini secara langsung dan mendalam.
Sebelumnya, pengalaman kami dalam berinteraksi dengan anak-anak berkebutuhan khusus lebih banyak terjadi di ruang lingkup yang lebih terbatas. Kami lebih sering bertemu dengan anak kebutuhan khusus seperti tunagrahita, autis, ADHD, dan tunanetra. Namun, saat mengajar di PAUD, kami dihadapkan pada tantangan dan keindahan tersendiri dalam memahami karakteristik anak usia dini yang ternyata sangat beragam, bahkan dalam satu kelas sekalipun.
Hari pertama kami masuk ke kelas, kami merasa gugup dan canggung. Kami khawatir tidak bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan PAUD yang penuh warna, nyanyian, dan semangat tinggi dari anak-anak. Namun, kekhawatiran kami perlahan menghilang karena kami disambut dengan sangat baik oleh guru-guru dan staf di PAUD Lab UM. Mereka menerima kami dengan tangan terbuka, memberikan arahan dengan sabar, dan mendampingi kami dalam setiap tahap proses asistensi. Dukungan ini membuat kami merasa diterima dan nyaman untuk mulai menjalankan tugas kami.
Salah satu pengalaman yang paling menyenangkan adalah ketika kami mulai mengenal satu per satu anak di kelas. Ada anak yang aktif berbicara dan berlari ke sana kemari, ada juga yang pemalu dan lebih suka duduk menyendiri. Ada yang sangat ekspresif saat bermain peran, dan ada pula yang sangat tertarik pada kegiatan menggambar. Kami belajar bahwa anak-anak usia dini memiliki keunikan masing-masing, dan pendekatan yang kami gunakan kepada satu anak belum tentu bisa diterapkan kepada anak yang lain. Ini membuka mata kami bahwa pendidikan bukanlah proses satu arah, tetapi sebuah hubungan timbal balik antara guru dan anak, antara fasilitator dan individu yang sedang bertumbuh.
Selain mengenali karakteristik anak secara umum, kami juga mendapat kesempatan untuk mendampingi seorang anak berkebutuhan khusus yang ada di kelas tersebut. Anak ini menunjukkan tanda-tanda speech delay dan memiliki kemampuan kognitif yang sedikit di bawah rata-rata anak sebayanya. Meskipun demikian, anak ini sangat antusias dalam mengikuti kegiatan, terutama saat bermain musik dan bermain dengan media konkret. Kami mencoba berbagai pendekatan untuk membangun komunikasi dengannya, mulai dari menggunakan gambar, gerakan tangan, hingga menyanyikan lagu-lagu sederhana yang disukai anak tersebut. Lambat laun, anak ini mulai menunjukkan respon yang positif, seperti tersenyum, menunjuk benda, bahkan mencoba meniru suara. Melihat perkembangan kecil namun berarti ini membuat kami sangat terharu dan merasa pekerjaan kami benar-benar bermanfaat.
Dalam proses asistensi ini, kami juga banyak belajar dari guru kelas. Mereka sangat profesional namun tetap penuh kasih sayang. Cara mereka berbicara kepada anak-anak, bagaimana mereka mengatur kelas, serta bagaimana mereka menyesuaikan kegiatan dengan kebutuhan tiap anak memberikan kami banyak inspirasi. Kami belajar bahwa menjadi guru PAUD tidak hanya membutuhkan pengetahuan tentang perkembangan anak, tetapi juga kesabaran, kreativitas, dan empati yang tinggi.
Kami juga diberi kesempatan untuk membuat dan menerapkan rancangan kegiatan pembelajaran yang kami susun sendiri. Salah satunya adalah kegiatan tematik tentang "Proses Pertumbuhan Tumbuhan" yang kami rancang khusus agar bisa diakses oleh semua anak di kelas, termasuk anak berkebutuhan khusus. Kami membuat media visual, gambar urutan pertumbuhan tumbuhan, dan lembar kerja m enempel gambar. Kami juga menggabungkan kegiatan dengan permainan ular tangga edukatif yang disesuaikan untuk melatih kemampuan kognitif dan bahasa anak. Melihat anak-anak antusias mengikuti kegiatan ini dan terlibat aktif menjadi kepuasan tersendiri bagi kami.Â
Selama menjalani asistensi, kami menyadari bahwa dunia anak usia dini adalah dunia yang penuh warna. Mereka polos, jujur, spontan, dan setiap hari selalu menghadirkan kejutan baru. Kadang kami harus menghadapi anak yang tantrum karena tidak mau berbagi mainan, atau anak yang menangis karena kangen ibunya. Tapi dari situ kami belajar bagaimana mengelola situasi dengan tenang, dan bahwa pendekatan yang penuh kasih seringkali lebih efektif daripada pendekatan yang kaku.
Pengalaman ini sangat memperkaya wawasan kami sebagai calon guru pendidikan luar biasa. Kami menjadi lebih memahami bahwa pendidikan inklusif benar-benar menuntut kita untuk fleksibel, kreatif, dan mampu menyesuaikan diri dengan setiap kebutuhan anak. Kami belajar bahwa tidak ada metode tunggal yang bisa digunakan untuk semua anak, dan bahwa keberhasilan proses pembelajaran tidak selalu diukur dari hasil akademik, tetapi dari proses kecil yang menunjukkan perkembangan dan keterlibatan anak.
Kami sangat bersyukur bisa menjalani asistensi mengajar di PAUD Lab UM. Tempat ini tidak hanya menjadi ruang praktik, tapi juga menjadi tempat kami tumbuh sebagai pendidik. Di sini kami belajar tidak hanya tentang anak, tapi juga tentang diri kami sendiri---tentang kesabaran kami, kemampuan kami untuk beradaptasi, dan komitmen kami terhadap dunia pendidikan khusus.
Pengalaman ini juga menyadarkan kami bahwa anak-anak, apapun latar belakang dan kebutuhannya, adalah individu yang unik dan penuh potensi. Tugas kita sebagai guru adalah membantu mereka menemukan dan mengembangkan potensi tersebut, dengan cara yang menyenangkan, inklusif, dan penuh kasih. Kami berharap suatu saat nanti kami bisa menjadi guru yang tidak hanya mampu mengajar, tetapi juga mampu memahami, menerima, dan mendampingi setiap anak dengan sepenuh hati.