Mohon tunggu...
Abdul Waidl
Abdul Waidl Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Revolusi Industri 4.0, Tantangan Ketenagakerjaan Kontemporer

24 April 2018   01:01 Diperbarui: 24 April 2018   02:36 3592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: pixabay.com

Dalam Pertemuan Tahunan World Economic Forum (WEF) 2015, Kanselir Jerman, Angela Markel menyinggung tentang Revolusi Industri Keempat atau biasa dikenal sebagai Industri 4.0. Rupanya isu Revolusi Industri Keempat mendapat respon sangat baik dari para pemimpin dunia. Sehingga Pertemuan Tahunan WEF 2016 bahkan mengambil tema lebih spesifik "Mastering the Fourth Industrial Revolution".

Revolusi Industri Pertama pada abad 18 adalah perubahan produksi yang pertama kali ketika manusia menemukan mesin-mesin bertenaga uap. Dan kini Revolusi Industri Keempat hadir yang ditandai dengan integrasi dunia online dengan produksi industri. Industri 4.0 tidak hanya menjadikan produksi secara otomatis, tetapi juga menghubungkan berbagai sektor produksi secara bersamaan dengan operasi dunia maya yang dibuat tersambung secara online (internet).

Dalam Pertemuan WEF 2016 tersebut juga disebarkan polling bertajuk "The Future of Software and Society". Setidaknya 75 persen responden membenarkan dan percaya bahwa kita sedang dalam era Industri 4.0 yang dapat digambarkan adanya mobil yang akan berjalan sendiri tanpa sopir, mesin yang mampu membaca pikiran manusia, dan membuat mobil dalam format tiga dimensi.

Bagi Tenaga Kerja, keadaan Industri 4.0 memberikan dampak yang signifikan. Pabrik-pabrik pintar nyaris tidak membutuhkan tenaga manusia, kecuali sedikit tenaga-tenaga kerja yang sangat terampil. Dan karena itu, akan banyak tenaga kerja yang diprediksi akan menjadi pengangguran karena terbatasnya peluang kerja dan standar kompetensi tenaga kerja yang tinggi. Tanpa Industri 4.0 saja, banyak negara, termasuk Indonesia yang mengalami problem pengangguran. Industri 4.0 akan menambah beban setiap negara untuk mengatasi masalah peningkatan kompetensi tenaga kerja, pengangguran yang naik, dan gap kesejahteraan. Semua akan membuat tekanan di pasar kerja kian kuat.

Begitu kompleknya rantai yang melatar belakangi revolusi industri sehingga perubahan yang terjadi dari mulai pengembangan genetika, artificial intelligence/kecerdasan buatan, teknologi nano, robotik, bioteknologi, pencetakan 3D turut mempengaruhi dan menjadi tantangan bagi perusahaan, pemerintah dan individu untuk terus melakukan adaptasi yang proaktif.

Hubungan revolusi industri saat ini bukan dimaknai sebagai persaingan antara manusia dan mesin, namun lebih sebagai peluang untuk kerja sesungguhnya dimana teknologi bisa menjadi penghubung untuk memaksimalkan potensi manusia. Sehingga menjadi penting upaya untuk membangun hubungan antara pemerintah, dunia pendidikan, penyedia jasa pelatihan, pekerja dan pegawai untuk menjaga dampak transformasi revolusi industri keempat pada keterkaitan isu ketenagakerjaan, keahlian dan pendidikan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun