Mohon tunggu...
Pendidikan

Refleksi Dakwah Para Nabi

1 Oktober 2018   23:50 Diperbarui: 2 Oktober 2018   00:07 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dunia hari ke hari semakin mengalami perkembangan, segala aspek mulai mengalami perubahan, atau bahkan ada hal-hal baru yang kian hari kian bermunculan.

Islam yang sempat menjadi kekuatan yang begitu besar pada masa kesultanan Utsmaniyah, bahkan mampu menaklukan eropa pada masa itu, kini Islam mulai terkikis. Pembubaran dinasti Utsmaniyah pada tahun 1922 ini memberi pengaruh besar pada kekuatan Islam. Negara-negara kekuasaan yang dulu berada di bawah kekuasaan dinasti Utsmaniyah mulai terpisah-pisah dan kekuatan Barat masuk ke setiap negara tersebut. Mulai saat itu, kekuatan dakwah perlu ditingkatkan untuk mengembalikan kekuatan Islam yang dulu pernah menguasai sebagian besar dunia.

Hal yang perlu sama-sama kita ketahui, bahwa Islam itu pada awalnya adalah asing di mata manusia, ajaran Islam itu nampak tidak ada diantara umat manusia dahulu. Namun kita juga perlu pahami bahwa kejayaan Islam pada masa dinasti Utsmaniyah juga di dasari oleh perjuangan Dakwah orang-orang yang terdahulu.

Maka dalam hal ini, Alquran hadir menjadi pedoman bagi umat manusia dalam menjalani kehidupan. Sudah ada sejak 1400 tahun yang lalu, yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam untuk umat Manusia. Keadaan Islam yang berada pada titik kehinaan, terdiskriminasi, terkriminalisasi, telah di kabarkan oleh Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bahwa Allah akan menimpakan kehinaan dan tidak akan mencabutnya sampai kita kembali kepada agama kita.

Memaknai makna "kembali kepada agama" tentu kita kembali kepada Alquran dan Hadits yang menjadi sumber ajaran utama Agama Islam. Dakwah yang menjadi keperluan pokok untuk kebangkitan Islam juga dibahas dalam Alquran, mulai dari perintahnya, ganjarannya, juga metodenya, hingga kisah-kisah penuh hikmah yang tentu memberikan pelajaran berharga tentang dakwah.

Dari banyak kisah yang dikisahkan dalam AlQuran, ada satu kisah, yang mungkin bisa kita sebut sebagai pengalaman seorang Nabi dalam berdakwah.


Kisah itu diawali dengan,

"Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya (dengan perintah), "Berilah kaummu peringatan sebelum datang kepadanya azab yang pedih"

(Nuh : 1)

Dan dari situ, kita akan melihat bagaimana dakwah yang dilakukan Nabi Nuh kepada kaumnya.

Nampak bagaimana Nabi Nuh 'alaihissalaam  berdakwah kepada kaumnya siang dan malam, Nabi Nuh mengadu kepada Allah, 

"Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menyeru kaumku siang dan malam, tetapi seruanku itu tidak menambah (iman) mereka, justru mereka lari (dari kebenaran)"

Dan bagaimana ketika Nabi Nuh 'alaihissalaam berdakwah menyampaikan kebaikan, namun kaumnya tak mau mendengar perkataannya, 

"Dan sesungguhnya aku setiap kali menyeru mereka (untuk beriman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jarinya ke telinganya dan menutupkan bajunya (ke wajahnya) dan mereka tetap (mengingkari) dan sangat menyombongkan diri"

(Nuh : 5-7)

Hal ini sungguh kita alami dalam dunia dakwah ini, dan kita perlu merefleksikan diri dalam berfakwah kepada perjuangan dakwah para Nabi dahulu.

Nampak Nabi Musa yang dihadapkan pada Fir'aun lalu Nabi Musa memohon kepada Allah agar jalannya dibersamai dan ia bisa meminta Harun selaku saudaranya untuk membantunya di jalan dakwah.

Nampak lagi oleh kita Nabi Yusuf yang menyadarkan saudara-saudaranya lewat posisinya yang tinggi di tatanan nagara.

Nampak juga Nabi kita Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam dengab banyak nian rintangan yang menghadang Nabi kita tak pernah mundur, meski di tawarkan adzab untuk para penghadang beliau, beliau tak perah memohonkan adzab untuk mereka.

Dan jangan seperti Nabi Yunus yang pergi dan langsung Allah tegur dengan memasukkannya ke dalam perut ikan hingga mengakui kezhaliman dirinya.

Kita saksikan Nabi Nuh tak mampu membawa anaknya bersamanya.

Nabi Luth tak mampu membawa istrinya untuk ikut bersamanya.

Nabi Ibrahim tak mampu mencegah ayahnya dari menyembah berhala yang sementara.

Bahkan Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wa sallam, tak mampu merubah pamannya.

Kita berdakwah, dan mau agar dakwah kita bisa merubah dia, bisa memberi jalan baginya...

Mari kita merfleksikan diri, KITA Nabi siapa?

Sekian

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun