Mohon tunggu...
Wahyu PurnomoAji
Wahyu PurnomoAji Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan Pemerhati masalah Sosial dan Lingkungan Hidup

Komunitas Guru Kebinekaan YCG Jakarta, Pendidik di SMK Fransiskus 1 YSF Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Wanita Berpakaian Serba Hitam Itu Ternyata Teman Bayanganku

8 Mei 2021   20:20 Diperbarui: 8 Mei 2021   21:55 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semakin lama perjalanan kami semakin terasa enjoy, jalan tanah alami yang  begitu halus dan lurus hanya sesekali berpasir tapi kebanyakan tanah kering tapi tidak berbatu maupun berdebu, terkadang ada bau harum bunga mawar maupun melati tapi sungguh justru membuat perjalanan kami malam itu semakin terasa nyaman... sayang kenapa harus malam hari coba seandainya perjalanan ini pada siang hari pasti sangat menyenangkan sambil melihat kanan kiri yang kami lalui pemandangan yang indah jurang dan perbukitan dengan berbagai pohon yang rindang.

Sudah sekitar 2 jam perjalanan kami lalui rasa kantukpun mulai menjalar lagi dimulai dari mata saya yang sekilas terpejam sesaat dan terkadang kepalaku tertunduk kedepan atau ke samping, rupanya wanita misterius itu tahu kalau saya sudah mulai dilanda rasa kantuk cukup berat dia memepet mobil saya tepat disebelah kanan kemudi saya terkadang tanganya menyentuh saya.

Tepat di jalan yang menurun saya kehilangan kendali kesadaran saya hilang dan saya tertidur di sandaran kursi, sepintas masih sedikit mendengar teriakan wanita itu agar  pedal gas jangan diinjak dan kaki kanan supaya diangkat untuk melepaskan pedal gas, Kuikuti maksudnya bahkan kunci kontak mobil saya putar kekiri agar mesin mobil mati sehingga mengurangi laju percepatan kendaraan tapi mobil itu tetap meluncur karena jalan memang menurun sepertinya cukup panjang karena sebelumnya perjalanan kami banyak rute naiknya untuk mendaki beberapa bukit.
Beruntung wanita itu dengan sigap bisa mengendarai motornya dengan tangan kanan tangan  kirinya memegang setir kemudi mobil saya agar tetap di jalur lurus tidak terperosok ke jurang disebelah kiri jalan.
Antara sadar dan tidak sadar saya sempat berdoa dalam hati mohon perlindungan dari Tuhan serta bantuan malaikat pelindung agar tidak terjadi hal yang buruk dengan kami semua.

Entah berapa lama saya tertidur pulas dan posisi masih didalam mobil, saya terbangun karena ada suara laju kereta api dengan bunyi klaksonnya yang cukup keras dan lampu penerangan jalan yang cukup terang menyilaukan mata. Saya lihat di ponsel ternyata waktu menunjukkan tepat pukul 24.00, saya menoleh kiri dan kanan sepertinya saya kenal betul daerah tersebut, ya daerah Gemolong Sragen tepat di perempatan dan mobil saya terparkir rapi disisi sebelah kiri samping kantor Bank BUMN, kuperhatikan dengan seksama masih ada hiruk-pikuk aktivitas masyarakat lalu lalang di tempat itu terutama para tukang ojek yang menunggu penumpang yang turun dari bus atau angkutan lainnya serta beberapa warung angkringan yang masih buka hingga larut menjenlang mungkin menjelang pagi, dan tidak jauh dari tempat itu juga ada stasiun kereta api. Untuk memastikan saya buka aplikasi google map, ya benar tepat kami berhenti di sebuah kota kecil tapi cukup ramai yaitu Gemolong kabupaten Sragen.

Kuteguk air putih yang sudah dibawakan tadi sore oleh istriku sebagai bekal sebelum berangkat, sambil kusebut asma Tuhan tegukan demi tegukan melegakan tenggorokanku yang kering, aku masih ingat mimpi tadi seolah-olah seperti kenyataan dan bau aroma melati juga masih terasa tajam di dalam mobil kami.

Kulihat anakku masih tertidur pulas disamping saya, kubangunkan dia agar minum dan makan roti bekal kami dari Rembang. Dia bertanya "Sudah sampai mana ini Pak?" aku jawab " kita sudah sampai Gemolong Sragen sebentar lagi  masuk daerah sekitar Boyolali dan Solo".
Dia juga sempat berguman lirih, "Berarti kita sudah melewati hutan jati daerah Purwodadi yang gelap itu ya?"
Aku pura-pura tidak dengar yang jelas bulu kudukku tiba-tiba merinding, aku nyalakan mobil dan kami berangkat melanjutkan perjalanan menuju kota Yogyakarta.


Dari kota Gemolong hingga kota Yogyakarta jalan cukup ramai truk dan bus malam masih berseliweran dan kanan kiri jalan juga banyak pertokoan dan pemukiman rumah penduduk berbeda jauh dengan peristiwa perjalanan yang kami lalui dalam mimpi tadi semuanya serba gelap gulita tanpa ada lampu penerangan jalan umum...

Selama dalam perjalanan saya masih berpikir bagaimana bisa kami tiba-tiba sampai Gemolong Sragen tanpa melewati kota Purwodadi juga tidak melewati hutan jati yang terkenal angker itu...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun