Filsafat dan ilmu pengetahuan merupakan dua kubu pengetahuan yang memiliki konsep serta segala hal yang dimana berfungsi sebagai instrumentasi manusia untuk memahami algoritma berfikir.Â
Dua kubu pengetahuan tersebut memiliki potensi potensi yang dimana setiap bidang nya memiliki tupoksi yang bisa di aplikasikan oleh manusia, baik secara teoritis maupun praktis, namun akan memunculkan pertanyaan yang fundamental, apakah filsafat dan ilmu pengetahuan mengalami kontradiksi?
Pertanyaan tersebut mungkin terdengar menggelitik bagi sebagian orang yang memahami dua kubu pengetahuan tersebut. Alasannya adalah 2 pengetahuan itu terkadang saling melengkapi satu sama lain dan memiliki simbol-simbol algoritma yang di mana bisa menjadi sebuah konseptualitas berpikir manusia. Ilmu pengetahuan atau bisa dikatakan itu adalah ilmu sains merupakan pengetahuan yang lahir dari filsafat itu sendiri.Â
Yang artinya bahwa, ilmu pengetahuan memiliki korelasi dan berkorespondensi antara filsafat yang di mana perbedaan yang cukup mencolok dari ilmu pengetahuan adalah terhadap suatu objek kajiannya bersifat objektif dan universal.Â
Analisis analisis yang dilakukan oleh ilmu pengetahuan cenderung berpegangan kepada fakta-fakta di lapangan kemudian dilakukan lah eksperimen, observasi, analisis, dan justifikasi sebuah keputusan-keputusan dari beberapa tahapan tersebut. Ilmu pengetahuan mencari kebenaran yang lebih faktual dari hal-hal yang telah dilakukan secara hirarkis dan sistematis. Yang di mana memiliki potensi untuk mencari kebenaran yang objektif dan universal.
Pengetahuan-pengetahuan dicari oleh ilmu pengetahuan sendiri berasas kepada rasionalitas dan empirik. Istilah-istilah yang digunakan dalam ilmu pengetahuan seperti asumsi, hipotesa, Postulat, aksioma, dan istilah-istilah lainnya yang mendukung bagaimana ilmu pengetahuan itu berkembang hingga saat ini.Â
Tidak luput dari itu semua, bahwa ilmu pengetahuan cenderung lebih memahami sesuatu hal dengan cara cara mencari tahu Dengan memahami realitas terhadap objek yang dikajinya. Dipostulatkan tentang objek itu sendiri sehingga menghasilkan sebuah kebenaran yang faktual. Ilmu pengetahuan sendiri cenderung tidak memperdulikan sesuatu yang tidak bisa di indrawi maupun tidak berdasarkan fakta-fakta.Â
Jika pun terlihat sesuatu yang bisa dianalisis dan bisa dilakukan eksperimen. Namun hal tersebut sulit dilakukan, maka itu akan beralih kepada kajian-kajian hipotesa sementara dan diterima hal tersebut sampai ditemukan jawaban yang komprehensif dan holistik yang lebih mendukung lagi terhadap sesuatu yang yang akan menyalahkannya.
Fakta-fakta secara empirik memang selalu menjadi dukungan dari ilmu pengetahuan dalam memahami realitas. Tidak dan tidak mungkin ilmu pengetahuan berkembang dari hal-hal yang tidak nampak. Mereka mengkaji sesuatu yang bisa dilakukan secara universal dan menemukan keputusan-keputusan yang bisa dikaji oleh orang lain.Â