Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tak Lagi Membiru

2 Desember 2015   21:24 Diperbarui: 2 Desember 2015   21:24 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Lihat petang itu, terpahat hati dengan warna membiru,
seseorang telah terlukai sebuah sentuhan tajam,
lalu membeku oleh dinginnya malam,
ia berteriak, "Tidak!"
ia tercampakkan oleh lukanya.

 

Musim dingin mulai lagi, 
dapat kiranya ia membenamkan diri pada kabut malam, 
membawa rahasia hati berujung pilu, 
sehingga ia berkata, "Tak usahlah kau dekati padaku,"
lalu merataplah ia bagai anak kecil kehilangan mainan.

 

Cintanya menganyam mimpi-mimpi yang mengelabu,
takut akan gelapnya malam syahdu,
sendiri, 
tanpa cinta, tanpa mimpi,
esok mungkin akan mati karena dingin dalam diri,

 

Namun ketakutan mencekam dirinya,
bila teringat bayang-bayang mata bercahaya penuh cinta,
terlebih ia mabuk kepayang,
telah membisik darinya: "Betapa aku sangat mencintaimu,
maafkan aku karena egoku."
maka iapun tak lagi membiru, terbakar tungku cintanya,
teruntuk pujaan hati.

 

(2/12/2015)

 

Sumber Gambar

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun