Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: [RTC] Merenda Kasih

8 November 2021   10:55 Diperbarui: 8 November 2021   11:02 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak-anak sudah sedikit mandiri karena sudah beranjak besar. Mas Gilang harus berangkat kerja dan meninggalkan mereka bersama Marni.

Mas Gilang siap dengan pulpen dan kertas di ujung sana. Aku membayangkan Mas Gilang pasti kerepotan. Dia mencatat semuanya. 

Biasanya aku yang melakukan semua pekerjaan rumah ini. Tetapi karena ibu sakit, agenda jadi berubah. Tak mengapa, toh, semua bisa diatur tanpa harus bingung.

"I love you, Sinta. Baik-baik di sana. Sungkem buat ibu. Besok aku jemput ya, kalau sudah ganti jadual sama Mbak Dina. Aku kangen." 

Suara terkekeh Mas Gilang terdengar renyah. Iya, aku juga kangen padamu, Mas. Kataku dalam hati.

***


Kupandangi wajah Ibu ketika tidur. Lama sekali. Wajah lembut itu semakin cantik. Guratan-guratan keriput di sekitar mata dan pipinya, bahkan menambah anggun. Rambut yang memutih, membuat Ibu terlihat bijaksana. 

Ibu menggeliat bangun. Mungkin tahu dan merasa ada yang memandanginya. 

"Kamu sudah makan, Sinta? Sudah siang. Jangan sampai kamu menjadi sakit karena merawat Ibu."

"Sudah bu, tadi Sinta sudah makan. Ibu nggak usah memikirkan Sinta. Kan Sinta sudah dewasa."

"Bagi Ibu, kamu tetaplah menjadi anak gadis." Kata Ibu tersenyum. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun