Mendadak ia tadi mengingat segalanya. Ia juga teringat lelaki pemilik toko yang merangkap kasir. Ia ingat gadis kecil berpita dua yang duduk di sebelah lelaki tadi. Sebenarnya ia ingin menghambur ke pelukan mereka. Tetapi ada sesuatu yang menghambatnya.
Keterikatan dirinya dengan Ibu Simon menyebabkan ia menjauh dari tempat ini. Selama ini ia telah dirawat Ibu Simon dengan tulus. Hingga ia menjadi sekarang. Apalagi tadi ia melihat seorang perempuan muda mendampingi lelaki pemilik toko yang merangkap kasir. Ia tak ingin mengganggu mereka.
"Melia, mana payungmu?"
"Maaf ibu, saya lupa."
"Badanmu kuyup begitu. Bajumu juga basah semua. Nanti kamu bersalin di rest area terdekat."
"Terimakasih, ibu."
"Lain kali kamu jangan begitu."
"Baik, ibu."
Beberapa tahun lalu, Ibu Simon menemukan Melia bersimbah darah. Tanpa identitas dan mengalami amnesia.Â
Hujan di luar masih saja deras. Tampaknya tak akan reda dalam waktu dekat. Melia memandang luar dari kaca mobil. Air matanya menetes pelan tanpa suara. Ia mengingat segalanya.Â
Semarang, 4 Maret 2021.