Ia mengambil beberapa air mineral. Lalu dibawanya ke meja kasir. Seorang lelaki menjaga kasir. Terlihat dari gestur tubuhnya, ia tampak tak seperti pegawai biasa. Mungkin ia adalah pemilik toko. Di sampingnya ada gadis kecil cantik berpita dua.Â
Melia memandang gadis itu. Ia tersirap oleh wajah polosnya. Ia seperti mengenalnya. Tetapi entah di mana. Ada pilu dalam hatinya. Ia tidak mengerti, apa yang menjadi penyebabnya.
"Ini saja?" tanya lelaki tersebut.
"Iya."Â
Melia mengeluarkan kartu debit dari dompet, kemudian diacungkan ke kasir. Kartu terdebit dan dikembalikan ke Melia. Tak sengaja mata mereka berpandangan.
"Luna?"
Sesaat hening. Masing-masing terpaku beberapa saat.
"Luna?" ulang lelaki tersebut. Melia kaget, dan segera berlalu. Langkahnya dipercepat meninggalkan toko kecil itu. Lelaki pemilik toko yang merangkap kasir mengejarnya.
"Luna! Tunggu!" teriaknya.
Langkah Melia terhenti sejenak.
"Maaf, saya bukan Luna!" katanya. Ia mempercepat kembali langkahnya menuju mobil, hingga lupa payung yang dibawanya. Hujan di luar masih deras. Bajunya basah. Tak terasa air mata Melia menetes di pipi. Tidak tampak, karena tersapu oleh hujan yang menerpanya.Â