Mohon tunggu...
Wahyu Sapta
Wahyu Sapta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis #Peraih Best In Fiction Kompasiana Award 2018#

Menyatulah dengan alam, bersahabatlah dengan alam, ikuti alirannya, lalu kau rasakan, bahwa dunia itu indah, tanpa ada suatu pertentangan, damai, nyaman, teratur, seperti derap irama alam berpadu, nyanyian angin, nyanyian jiwa, beiringan, dekat tapi tak pernah berselisih, seimbang, tenang, alam, angin, jiwa, mempadu nyanyian tanpa pernah sumbang...

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Kupat Blengong yang Tak Bikin Bengong

20 Januari 2020   22:43 Diperbarui: 21 Januari 2020   05:36 1378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Satu porsi Kupat Blengong, yang dinikmati bersama sate bumbu semur pedas dan blengong goreng. Sedaaap...! (Dok. Wahyu Sapta).

Katanya, tekstur dagingnya mirip bebek yang memiliki serat, tapi lebih lunak dan lembut saat dikunyah. Dengan tekstur tersebut, maka daging blengong cocok untuk diolah menjadi sate. Konon katanya juga, jika disate rasanya mirip daging kambing. Oh ya? 

Kami kemudian menuju ke daerah Jalan Sawo, Kraton, Kecamatan Tegal Barat, Kota Tegal. Di sana banyak yang menjual Sate Blengong. Ada Sate Blengong Pak Nanang, Pak Yanto, Pak Diryono dan yang lainnya. Makanan ini sudah lama ada, dan di Jalan Sawo ini pusatnya. 

Banyak yang menjual Sate dan Kupat Blengong di Jalan Sawo, Kraton, Kecamatan Tegal Barat, Kota Tegal. (Dok. Wahyu Sapta).
Banyak yang menjual Sate dan Kupat Blengong di Jalan Sawo, Kraton, Kecamatan Tegal Barat, Kota Tegal. (Dok. Wahyu Sapta).
Tetapi saya harus gigit jari, karena ketika tiba di lokasi, semua tempat yang menjual Sate Blengong masih tutup. Saya datang terlalu awal. Mereka buka pukul 16.00. Sedangkan saya tiba pukul setengah tiga sore. Masih satu jam lagi kira-kira bukanya. Ya sudah. Mungkin belum rezeki saya untuk bisa merasakan seperti apa Blengong itu. Kami memutar, meneruskan perjalanan untuk pulang. 

Tapi, eh, saat melintas di lokasi yang masih sama di Jalan Sawo agak ke pinggir, ada warung yang sudah buka menjajakan Kupat Blengong dan Sate Blengong juga. Warungnya Mba Rum. Kamipun mampir. Dan lagi-lagi harus kecewa, ternyata mereka belum siap dengan bahannya, karena makanan masih dalam perjalanan. Minuman saja yang sudah tersedia. 

Lalu kami menuju kendaraan untuk segera berlalu. Dan aha! Sebelum sempat masuk mobil, Ibu penjual datang dengan naik sepeda motor membawa bahan sajian makanannya. 

Memang, ya, kalau sudah rezeki, pasti akan berjodoh! Lalu kami kembali dan duduk di tempat lesehan. Ternyata, bukan kami saja yang sabar menunggu warung buka. Ada serombongan beberapa orang, yang juga sudah menunggu warung buka. Bahkan mereka sudah ada sebelum kami datang. Wah, saya jadi tambah kepo nih.

Sate Blengong yang dibakar belum ada, karena tungku pembakaran belum siap. Yang ada Kupat Blengong. Ya, ya. Tak apalah. Saya juga ingin mecicipnya. Seperti apa rasanya. Pasti sedap, karena banyak yang rela menunggu untuk mencicipnya. 

Bahkan menurut Ibu penjualnya, pernah ada pembeli yang khusus datang dari Semarang melewati jalan tol, hanya untuk menikmati Kupat Blengong ini. "Kayak saya dong, bu." kata saya dalam hati. Tuuiing...! 

Kupat diberi sambal yang diulek langsung, kemudian ditabur di atas kupat sebwlum diberi kuahnya. (Dok. Wahyu Sapta).
Kupat diberi sambal yang diulek langsung, kemudian ditabur di atas kupat sebwlum diberi kuahnya. (Dok. Wahyu Sapta).
Saya meminta izin untuk memotret beberapa. "Saya kepo, bu. Boleh ya memotret?" Ia mengangguk seraya tersenyum. Sambil mengobrol, terungkap bahwa ia baru dua bulan berjualan Kupat Blengong ini. Dan Alhamdulillah semakin ramai, katanya. Ia dulu berjualan ikan bakar sebelumnya. 

Lalu dengan cekatan, piring-piring telah terisi dengan Kupat Blengong. Ia terlihat membuat sambal cabai dicobek, lalu diberi kuah dan ditabur di atas kupat. Sambalnya segar. Langsung ulek. Kuahnya seperti opor, tetapi lebih kental oleh santan dan tepung maizena. Ada mie kuning dan tempe di dalamnya, tak banyak. Hanya sebagai pelengkap saja. Kemudian di beri toping kerupuk. 

Kuahnya seperti opor, hanya lebih kental. (Dok. Wahyu Sapta).
Kuahnya seperti opor, hanya lebih kental. (Dok. Wahyu Sapta).
Sepiring Kupat Blengong siap disantap!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun