"Please, Jill. Jangan pergi."
Nancy datang tepat waktu. Katanya sambil meminta maaf, tadi ke toilet dan tanpa bilang meninggalkan aku. Pantas saja dari tadi kucari dirinya tak ada. Hingga ketika aku bertemu...
"Mas Bayu Pradana. Wah, kehormatan besar bisa bertemu. Saya Nancy, dan ini teman saya Jill." kata Nancy. Loh? Bukankah?
Bayu Pradana itu kamu? Iwan? Detik itu pula aku ternganga. Bingung jadinya.
"Jill, jangan bengong begitu, ah. Ada nyamuk masuk, baru tahu rasa tuh."
Aku menggamit tangan Nancy. Menjauh sedikit dari tempat ini. "Kita pulang, yuk!" Nancy memprotesnya. "Kok pulang, sih? Bukankah kau mengatakan bahwa kamu menyukai seni lukis?"
Akhirnya aku menyerah. Baiklah.
Memang sebuah takdir tak bisa dihindari. Aku berkata pada sahabatku Nancy, bahwa Bayu Pradana adalah Iwan. Kekasihku yang aku tinggalkan dulu dan berusaha melupakannya. Dan, gantian Nancy yang terbengong. "Jill? It's really?" Aku mengangguk.
***
"Jill, mengapa kau meninggalkanku dulu? Menghilang? Apakah kau tahu apa yang terjadi saat itu? Nyaris aku gila karena kepergianmu. Dan ketika aku melihatmu hari ini. Aku bagai bermimpi. Apakah kamu Jill? Benarkah kamu Jill?"
"Iwan, maafkan aku. Pada saat itu kemarahan membelengguku. Saat kau mengajakku ke rumahmu. Aku sangat terpukul, saat mengetahui bahwa kau bukan orang biasa. Aku merasa sangat minder. Karena aku bukan siapa-siapa."