Ayah menghela nafas pelan.Â
"Setelah kamu pergi, ayah seperti tak memiliki harapan. Ayah marah pada mamamu, akhirnya ia memilih pergi, hingga sekarang. Ayah sekarang tinggal sendiri, Runi." kata ayah sambil menerawang. Ayah memang menyebut tante Devi dengan mama untukku. Meskipun aku selalu memanggilnya tante. "Untunglah ayah masuk kuat iman, hingga tak putus harapan. Ayah sudah mencarimu kemanapun. Ayah selalu berdoa, agar kamu kembali. Hingga akhirnya ayah pasrah, mungkin ini sudah nasib ayah, karena telah mengabaikanmu. Maafkan kesalahan ayah, ya,"
"Maafkan Runi juga, yah, karena membuat ayah seperti ini. Suatu saat, kita pasti bisa berkumpul kembali. Butuh waktu, ayah," jawabku sendu.Â
Ya, aku butuh waktu untuk membuat kehidupanku berputar kembali. Tak bisa serta merta berubah. Ada om Tommy dan tante Hanny yang sudah banyak membantuku. Tak bisa aku begitu saja meninggalkan mereka. Apalagi mereka belum mengetahui, jika ternyata aku masih punya ayah kandung. Aku harus menceritakan semua ini secara pelan-pelan. Mereka terlanjur sayang padaku dan menganggapku anak mereka sendiri.Â
Juga Sakti. Setelah kejadian "tabrakan" di kampus satu tahun lalu, ia gencar mendekatiku. Katanya, ia jatuh cinta padaku pada pandangan pertama. Tentu saja aku tak mempercayainya. Mana ada jatuh cinta pada pandangan pertama? Bukankah itu hanya ada di film saja? Tetapi Sakti berbeda. Meskipun aku meragukannya, ia tetap tak patah arang. Hingga akhirnya akupun luluh. Aku menerima cintanya.Â
Tetapi ada keraguan dalam hatiku, aku memiliki masa lalu yang biru. Dan ia belum mengetahuinya. Meskipun aku berusaha untuk melupakan masa lalu, tetapi masa lalu tetap mengikuti. Bagaimana jika ia tahu bahwa aku bukan anak kandung om Tommy? Dan ternyata aku masih memiliki ayah kandung yang belum pernah ia kenal? Berubahkah cintanya?Â
Semarang, 12 September 2017.