Mohon tunggu...
Wahyu MardhiyanaPutra
Wahyu MardhiyanaPutra Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hobi memancing

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Belajar Sastra Itu Tidak Sulit

8 Desember 2022   11:17 Diperbarui: 8 Desember 2022   11:33 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

           Sastra adalah sesuatu yang belum dapat diartikan secara penuh. Sastra tercipta dari imajinasi dan pemikiran-pemikiran dari para sastrawan. Setiap sastrawan memiliki keunikkan sendiri dan cirri khas dari setiap karya yang dibuatnya. Jadi, sastra mengandung unsur pemikiran dari pemiliknya, memiliki cirri khas dan unik, serta mengandung nilai estika atau keindahan. Keindahan karya sastra terdapat dalam karya sastra itu sendiri dan akan disadari bagi para penikmat sastra.

           Minimnya pengetahuan tentang sastra sangat dirasakan dijaman sekarang ini. Gersangnya rasa cinta sastra kini tengah melanda pemuda penerus bangsa. Banyak siswa SMP, SMA sekarang yang tidak mengenali karya-karya sastra bangsa sendiri. Ketika ditanya tentang sastra mereka hanya diam, tersenyum dan bahkan dengan bangga mengatakan tidak tahu. Sungguh miris mendengar jawaban mereka tentang sastra. Sebenarnya apa yang menyebabkan gersanganya pengetahuan tentang sastra? Apakah guru kurang mendidik siswanya untuk mengerti tentang karya sastra bangsa sendiri?

            Dalam sekolah menengah pertama dan menengah atas, seharusnya siswa sudah mulai dikenalkan dengan karya-karya sastra, terutama karya sastra Indonesia. Tujuan dari pengajaran sastra itu sendiri adalah bagaimana membentuk siswa yang mencintai karya sastra, siswa mampu mengerti sastra dan dapat mengapresiasikan karya sastra. Sayangnya, siswa sekarang kurang berminat dengan sastra. Banyak siswa yang menganggap sastra itu tulisan-tulisan yang membosankan dan kolot. Hal ini mungkin terjadi karena kurangnya pengetahuan mereka tentang sastra, bahwa sebenarnya belajar sastra itu menyenangkan dan tidak lagi membosankan dengan inovasi belajar sastra yang baru.

Dalam pembelajaran sastra harus menggunakan metode khusus, praktis dan dapat mengena kepada pendengarnya. Sekarang ini pembelajaran sastra di sekolah-sekolah terutama sekolah menengah pertama dan menengah atas dianggap kurang bisa diterima oleh para siswanya. Hal ini disebabkan kurangnya jam belajar tentang sastra dan kurang minatnya siswa terhadap apresiasi sastra. Selain itu juga kurangnya pengetahuan guru tentang sastra itu sendiri, sehingga apa yang akan diajarkan menjadi sulit karena mereka tidak mempunyai keahlian dalam bidang sastra.

            Seharusnya hal-hal tersebut dapat disadari oleh guru, sehingga guru dapat meningkatkan kualitas pengetahuan sastranya, sehingga dapat menciptakan inovasi belajar yang menarik bagi para siswanya. Contohnya saja dalam pengajaran puisi, banyak guru tidak dapat menulis puisi, sehingga apa yang akan diajarkan menjadi kurang terprogram karena gurunya sendiri tidak pernah menulis puisi. Jadi seakan-akan guru menjadi dalam bahasa jawanya jarkoni ( iso ngajari ora iso nglakoni). Ini yang nantinya akan dipertanyakan siswa dan membuat mereka kurang berminat dalam pengajaran puisi tersebut.

            Pengajaran sastra sebenarnya dapat dilakukan dengan hal-hal yang menarik perhatian siswa, sehingga mereka dapat menyerap mata pelajaran yang disampaikan oleh guru. Namun, sebelumnya, guru harus benar-benar mengetahui siapa yang akan diajar, materi apa yang akan diajarkan, dan siapa yang menjadi objek pengajaran. Selain itu guru juga harus menentukan seberapa besar prosentase keberhasilan dari metode yang akan digunakan dalam pembelajaran sastra.

            Pengajaran sastra itu sendiri meliputi pembelajaran tentang drama, puisi, dan prosa. Dalam pengajaran drama guru dapat melibatkan siswanya dalam suatu pementasan. Semua siswa harus berperan aktif dalam pementasan drama ini. Misalnya saja dengan menggunakan metode teater tradisional yang pemakaian waktunya singkat dan tidak tegang. Dalam metode ini pementasan drama tidak menggunakan naskah namun menggunakan synopsis cerita. Siswa menyusun sendiri dialog peradegannya, sehingga siswa dapat mengeksplorasi dialognya tanpa terpaku naskah. Dalam metode ini, dituntut kekreativitasan siswa dalam dialog dan gerak. Pelatihan dalam metode teaater tradisional tetap dipimpin oleh seorang sutradara. Metode ini bisa menjadi metode yang menyenangkan, tidak tegang dan dapat dilakukan dalam sekali atau dua kali pertemuan saja. Pelajaran drama menjadi lebih inovatif dan tidak membosankan.

            Lain lagi dengan pembelajaran puisi, guru tidak harus menyuruh siswa maju kedepan kelas dan membaca puisi satu persatu. Guru dapat menawarkan inovasi lain dengan membuat kelompok dan menyuruh mereka membuat mukalisasi puisi. Musikalisasi puisi itu sendiri adalah melagukan puisi. Ini menarik untuk dilakukan. Siswa dapat memilih memakai puisi yang sudah ada atau puisi buatan mereka sendiri.

            Siswa dapat membuat sendiri musik yang mereka tampilkan dengan menggunakan gitar akustik, perkusi dan alat music lainnya. Disini siswa dituntut untuk lebih kreatif dan kerjasama anggota kelompok berpengeruh besar. Pembelajaran ini akan lebih menyenangkan dibandingkan siswa harus maju satupersatu dan membaca puisi di depan. Siswa yang lain pasti akan bosan menunggu giliran, pastinya kelas menjadi gaduh karena siswa mencari kesibukkan sendiri sehingga pelajaran tidak efektif dan efisien lagi.

            Dalam pembelajaran puisi dengan musikalisasi puisi pastinya ada kelebihan dan kekurangannya. Kelebihannya adalah siswa menjadi ttermotivasi dengan kegiatan ini dan keativitasnya akan muncul. Pelajaran puisi menjadi tidak membosankkan lagi karena siswa dihibur oleh teman-temannya. Selain itu guru dapat menilai kekompakkan dan kerjasama antar anggota kelompok. Disamping kelebihannya adapula kekurangannya, yaitu kemampuan bermusik siswa itu berbeda, jadi guru harus membagi secara adil bagi siswa yang pandai bermain musik. Selain itu dapat mengganggu kegiatan belajar kelas lain, namun dalam hal ini bisa ditanggulangi dengan mengajar siswa belajar di luar kelas, misalnya di taman sekolah atau di aula sekolah. Selain tidak mengganggu kelas lain kegiatan ini juga bisa merefresh otak siswa yang sudah jenuh dengan pelajaran didalam kelas.

            Dengan pengajaran yang menyenangkan ditujukan agar siswa mampu mengerti tentang karya-karya sastra dan tidak menganggap sastra itu jadul dan membosankan. Belajar sastra itu menyenangkan dan mudah, tanpa harus mengantuk mendengar penjelasan dari guru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun