Mohon tunggu...
Wahyu Aji
Wahyu Aji Mohon Tunggu... Administrasi - ya begitulah

Insan yang suka mendeskripsikan masalah dengan gaya santai

Selanjutnya

Tutup

Politik

Persahabatan yang Putus Seusai Pilpres

19 April 2019   21:50 Diperbarui: 19 April 2019   22:08 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sudah tiga kali Prabowo mengklaim dirinya sebagai pemenang pilpres. Bahkan tak lupa sujud syukur, bahkan berniat untuk melanjutkan syukurannya di Monas. Kepercayaan diri Prabowo ini merupakan sesuatu yang hebat. Ia menampilkan pribadi seorang militan yang tak terpengaruh lingkungan yang dapat mencederai kepercayaannya. Semua lembaga survey yang telah teruji dan berpengalamanpun ditampiknya. Tak ada yang memuat kemenangan Prabowo, tapi Prabowo tetap haqqul yakin bahwa ia adalah pemenang sejati kontestasi ini.

Dukungan moril atas keprihatinan terhadap Prabowo selalu datang dari pendukungnya. Koalisi yang menjunjung tinggi Prabowo ini bahkan mendoktrin secara masif, terstruktur, terencana dan bawa-bawa media untuk menambah keyakinan bahwa kemenangan ini berpihak kepada mereka. Sungguh begitu romantis hubungan antara koalisi dan Prabowo yang selalu sejalan untuk bisa bersama.

Tak peduli aral melintang yang datang, keyakinan mereka tak tergoyahkan. Ini adalah bentuk persahabatan yang hakiki dan ditampilkan langsung oleh kubu Prabowo. Suri tauladan yang teramat baik untuk kita tiru sebagai makhluk apatis. Persahabatan tulus dari koalisi yang tak mengharap apapun seperti kedudukan di parlemen merupakan motivasi terhebat dimiliki Prabowo. Ketika dunia ini tak berpihak kepada Prabowo, koalisi tetap memeluk hangat dan tak pernah meninggalkan. Kurang setia apa coba?.

Lain halnya dengan Jokowi. Masih hangat dalam benak kita tentang pernyataan formalitas dari Jokowi yang berujar bahwa rantai sepeda boleh putus, tapi rantai persahabatan tak akan putus. Pernyataan sejuk adem dan tak berarti banyak ini nyatanya tak dibuktikan dengan kehadiran Jokowi untuk mendukung sahabatnya itu, Prabowo. Ini kurang lebih seperti kasus teman yang minjam duit kemudian menghilang ketika ditagih, padahal dulu bilangnya "kita kan teman" atau sepasang kekasih yang bilang tak akan meninggalkan apapun yang terjadinya tetapi malah berpaling ke lain hati. Itu pedih. Malahan Jokowi masih mengurung diri di kediamannya dan main aman menunggu keputusan KPU yang mutlak. Saya malah curiga bahwa yang dinyatakan Jokowi sebenarnya bukanlah rantai sepeda, tapi tali jemuran. Mudah putus.

Layaknya seorang sahabat, mestinya Jokowi memberikan dukungan moril yang lebih dan jauh mendalam maknanya ketimbang apa yang dilakukan oleh koalisi Prabowo. Momen yang dilakukan Prabowo kurang lebih sama dengan apa yang ia lakukan lima tahun silam hanya saja tanpa ada agenda sujud syukur. Menurut sisi psikologi, ada tekanan yang membuat Prabowo berisiko mengalami stress.

Apalagi jika nantinya diketahui bahwa hasil KPU justru memenangkan kubu Jokowi, apa jadinya Prabowo nanti. Harapan yang terlalu tinggi dan kemudian jatuh bebas ke bumi kemudian hancur berkeping keping adalah hal yang paling menyakitkan di dunia ini selain wassap tidak dibalas oleh gebetan. Bagaimana jadinya jika Prabowo mengalami hal tersebut, ini tentunya sangat berbahaya bagi kesehatan beliau. Dilansir dari hallosehat.com, stress akan menyebabkan kekebalan imun menurun.

Jika stress terjadi dalam waktu yang lama maka tubuh akan melepaskan hormone kortisol yang menghambat pelepasan histamine dan respon peradangan untuk melawan zat asing. Sehingga nantinya Prabowo malah akan rentan terhadap serangan berbagai penyakit, seperti flu atau cegukan yang sudah dialami oleh tukang pijatnya Sandiaga. Malahan mungkin ini bisa menjadi pembuktian kepada masyarakat Indonesia khususnya dan dunia pada umumnya untuk mendeklarasikan bahwa Prabowo adalah sosok yang humanis dan menjunjung mulia nilai persahabatan dengan gantian pijat Sandiaga. Coba lihat wajah pucat yang ditunjukkan oleh Sandiaga pada deklarasi terakhir, sungguh pucat tanpa ada semangat. Sungguh tidak menunjukkan tanda tanda kesehatan jasmani manusia pada umumnya.

Oleh karena itulah pendamping khusus diperlukan pada titik tertentu pada masa kehidupan yang sulit seperti yang dialami oleh Prabowo. Dukungan moril dari keluarga dan sahabat adalah kuncinya. Tapi dimanakah mereka berada? dimana Jokowi yang sesumbar mengatakan bahwa ia dan Prabowo adalah sahabat? dimanakah kebersamaan ketika berkuda bersama itu sekarang? dimana tawa dan pelukan hangat yang terjadi di gelanggang silat dahulu kala? dimana pak?

Tapi kita sebagai rakyat Indonesia yang mudah marah dan percaya hoax mesti berpransangka baik kepada Jokowi. Mungkin saja beliau sedang menyiapkan surprise bagi sahabatnya itu ketika ulang tahun Prabowo nanti di bulan Oktober. Misalnya mungkin memberikan kursi menteri kepada Prabowo pada masa periode kedua Jokowi menjabat sebagai presiden. Tapi itu terserah Jokowi sih, mau kursi apapun yang diberikan kepada Prabowo, tak ada yang lebih nyaman selain duduk bersama di sofa persahabatan. Kenapa ini penting? dengan adanya dukungan dari orang terdekat yang tulus dan saya harap itu adalah Jokowi (tapi kebanyakan harapan saya biasanya tak sejalan dengan kenyataan) bisa membuat Prabowo tetap tersenyum kelak ketika harus menerima kenyataan yang tak berpihak

Ini merupakan masa-masa sulit dan bisa menjadi titik terendah dari Prabowo. Namun saya yakin mental bajanya yang telah ditempa di akmil, berpengalaman di kopassus dan pernah menjadi pangkostrad dan kemudian memimpin parpol tak akan goyah. Tinggal bagaimana kita melihat tindak nyata dari persahabatan yang telah terjalin lama semenjak debat Pilpres bulan lalu kembali mekar bagai bunga rafflesia yang begitu indah dipandang.

Juga kepada Prabowo sekali lagi jangan lupakan bromance dengan Sandiaga. Karena akhir akhir ini entah kenapa partenership baik dari Jokowi dan Prabowo dengan cawapresnya mulai renggang. Ini sungguh memprihatinkan jika kata SBY melihat hal ini. Lagipula, Jokowi masih menjabat sebagai presiden sehingga berkewajiban untuk menjamin harkat hidup dan kesejahteraan rakyat Indonesia dan salah ssatunya rakyatnya adalah Prabowo.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun