Mohon tunggu...
Noer Wahid
Noer Wahid Mohon Tunggu... Penulis lepas di usia senja - Wakil Ketua Persatuan Perintis Kemerdekaan Indonesia Cabang Sumut - Ketua Lembaga Pusaka Bangsa -

Seorang sepuh yang menikmati usia senja dengan aksara. E-mail ; nurwahid1940@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apakah Soeharto Layak Menjadi Pahlawan Nasional?

9 November 2017   15:07 Diperbarui: 9 November 2017   19:19 28958
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Soeharto saat peresmian masjid Istiqlal di Jakarta, 22 Feb 1978 (sumber; nasionalkompas.com)

Begitu jelas dan tegasnya perintah Soekarno kepada Letjen Soeharto, yang pada waktu itu menjadi Menteri Panglima Angkatan Daratnamun, oleh Soeharto tidak ada satu pun yang dipatuhinya. Malah, Soeharto membangkang terhadap "Super Semar" itu sendiri, surat itu dijadikan surat sakti menjatuhkan Soekarno.

Dalam Super Semar tersebut Soeharto diperintahkan untuk memberikan jaminan atas keselamatan pribadi dan kewibawaan Soekarno selaku Presiden/Panglima Tertinggi ABRI/Pimpinan Revolusi/Pemegang Mandataris MPRS.

Akan tetapi keselamatan pribadi dan kewibawaan Presiden Soekarno pada waktu itu tidak dijaga dan dijamin oleh Soeharto malah, Soeharto itu sendiri telah melakukan makar dengan menggulingkan Soekarno, Panglima Tertingginya sendiri.

Jangankan untuk melaksanakan dengan pasti segala ajaran Pemimpin Besar Revolusi malah, semua ajaran itu "dikentuti" oleh Soeharto. Semua perbuatannya itu tidak mencerminkan sebagai seorang negarawan yang hormat pada pimpinan. Etika kenegaraan diabaikan sama sekali olehnya.

Soeharto adalah orang yang tipenya haus kekuasaan dan sedikit agak serakah. Hal itu dapat dilihat dari perjalanan karir Soeharto sendiri dari sejak awal Revolusi Perang Kemerdekaan dahulu sampai ke masa konfrontasi Ganyang Malaysia.

Kalau sekarang ini ada "pemburu rente" maka sejak Soeharto berkuasa banyak sekali orang-orang yang menjadi "pemburu parit" atau "pemburu palu arit" alias "pemburu orang-orang komunis". Parit, kok, diburu-buru- yah, begitulah jadinya, banyak orang-orang komunis yang diburu dan dibantai tanpa melalui peradilan.  

Yah, orang-orang komunis itu bolehlah dianggap manusia sampah, dianggap mereka atheis, tetapi, orang-orang "pemburu parit" itu tidakkah mereka itu lebih  tengik lagi dari orang-orang komunis tadi karena berburunya di parit-parit? 

Bayangkan !  Mereka orang-orang komuni situ masih Bangsa Indonesia juga, masih sebangsa dengan kita, mengapa sampai mereka itu dibunuh tanpa alasan yang kuat. Bahkan, diantara kaum wanitanya ada yang dijual dijadikan pelacur setelah lebih dahulu dijadikan gundik beberapa waktu lamanya.

Buruknya kondisi ketika itu telah membuat tidak ada kepastian hukum pada masa itu. Semua bagaimana kata Penguasa. Kalau ada Penguasa yang berhati nurani masih mendingan.

Memang, Pembangunan dilaksanakan Soeharto pada masa 32 tahun dia berkuasa. Tetapi, versi Pembangunan itu sudah berbeda dari zaman Soekarno dahulu. Tetapi, buat saya pribadi Pembangunan Soeharto itu tidak ada artinya sebab, ditengah-tengah glamournya  Pembangunan itu saya sendiri pribadi mengalami "kelaparan" sampai sepuluh kali.

Paradoks dan ironissekali Pembangunan Soeharto tersebut, sebab masih banyak lagi orang lain yang mengalami nasib yang serupa seperti saya tadi. Selama 32 tahun berkuasa, Soeharto banyak mencetak konglomerat-konglomerat, cukong-cukong China yang "dimodali" dari uang Negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun