Ibu Ardiyanto meninggal saat melahirkannya. Jadi sampai usianya dua tahun, ia tidak pernah mendapatkan ASI. Hal itulah yang membuatnya mengalami kurang gizi. Ayahnya yang hanya bekerja sebagai tukang ojek gunung tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan gizinya yang lain. Apalagi kakak-kakak Ardiyanto sudah besar, sehingga membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Ardiyanto hanya bisa tertidur lemas dan tidak dapat bermain seperti anak-anak seusianya.
Pada akhir tahun 2019 lalu, Ardiyanto menghembuskan nafas terakhirnya. Saudara kecil kita ini telah berjuang keras untuk bertahan dari gizi buruk yang dialaminya. Malam hari sebelum meninggal, Ardiyanto tidak bisa tidur dan terus menangis. Namun, tiba-tiba tangisnya berhenti. Keluarga menganggap Ardiyanto telah tertidur. Keesokan harinya, ia telah terbujur kaku dan dinyatakan meninggal. Berkat bantuan dari orang-orang baik yang ada di Indonesia melalui Insan Bumi Mandiri, keluarga Ardiyanto dapat mendapatkan bantuan.
Ardiyanto hanyalah satu dari ribuan anak yang mengalami penyakit serupa. Kita semua sepakat, hak-hak anak harus kita berikan dengan maksimal. Jangan sampai ada anak-anak lainnya di NTT yang kehilangan nyawa akibat penyakit ini. Uluran kebaikan Anda sangat dibutuhkan demi kehidupan mereka yang lebih layak di pedalaman Nusa Tenggara Timur sana.