Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Berganti Kewarganegaraan? No Way!

11 Oktober 2020   02:06 Diperbarui: 11 Oktober 2020   02:13 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada banyak agen-agen yang menyediakan tenaga kerja seperti ini. Umumnya tenaga kerja yang tersedia adalah orang lokal. Tenaga kerja asing dari negara lain, seperti Indonesia, Malaysia, Vietnam, Philippine, dsb, biasanya mereka menjadi pekerja tetap pada keluarga-keluarga. Beberapa teman, sesama orang Indonesia, malah mengaku sudah tinggal belasan tahun disebuah keluarga.

Para pekerja professional dari Indonesia, biasanya kontrak rumah dan sharing dengan beberapa orang. Dan ada giliran bersih-bersih rumah. Kalaupun mau membayar orang untuk membersihkan rumah, biasanya mereka akan bergantian 'nungguin' di hari Sabtu. 

Ini biasanya menjadi salah satu alasan, jika mencari teman untuk tinggal bersama, tidak mencari yang baru lulus sekolah, karena katanya yang baru lulus itu manja dan terbiasa dilayani dirumahnya di Indonesia, sehingga kurang bisa kerja sama.

Transportasi umum disana sangat nyaman, dan menurut saya cukup murah dibandingkan dengan pelayanan yang kita dapat. Saat naik bus, kita tidak bisa naik atau berhenti disembarang tempat, semua sudah ada tempatnya. Keteraturan seperti ini, membuat hidup menjadi lebih enteng. 

Tidak perlu mendengar teriakan-teriakan kondektur bis seperti di blok M, atau kesal karena bis yang ngetem kelamaan. Hanya saja disana tidak ada pengamen didalam bis yang menyanyikan lagu Batak dengan suaranya yang merdu :D

Kami menggunakan MRT dan bus untuk sehari-hari. Jika kepepet atau bawa bawaan banyak, barulah naik taxi. Tarif taxi cukup mahal, dan akan lebih mahal pada malam hari sampai subuh.  Tetapi, supir taxi disana akan mengulang meterannya dari nol jika ternyata dia salah jalan. Sehingga penumpang tidak merasa dirugikan. 

Di Singapore, cukup jarang orang menggunakan kendaraan pribadi. Konon katanya harga mobil di Singapura adalah yang termahal didunia, belum pajaknya, uang parkirnya yang juga mahal, dan biaya-biaya lainnya. 

Bos-bos pun lebih sering menggunakan MRT dan bis untuk sehari-hari. Dan kalau telat, katakanlah alasan yang sejujurnya, karena disana tidak ada istilah macet, busnya lama, dsb. Disana waktu tiba kendaraan umum dari satu tempat ke tempat lain pun sudah ada prediksinya. Jadi jangan bilang sudah di stasiun X kalau ternyata baru keluar dari rumah :D

Tinggal di Singapura memang enak, gak perlu ribet beli kendaraan pribadi, karena transportasi umum sangat memadai. Gak perlu beli buku, karena disana perpustakaannya koleksi bukunya bagus-bagus, ruangannya juga nyaman untuk membaca berlama-lama, gak perlu langganan koran, karena sudah ada di perpustakaan umum yang tersebar dimana-mana.

Bekerja di Singapura? Jelas gajinya lebih tinggi, yang diikuti dengan tuntutan yang juga sama tingginya. Aturan umum yang saya rasa berlaku untuk semua expat dinegara mana pun. Disiplin, professional, menghargai waktu dan bertanggung jawab. 

Sejujurnya inilah beberapa hal yang membuat saya kesulitan ketika kembali ke tanah air. Ritme kerja yang berbeda, kurang disiplin dan kurang menghargai waktu sempat membuat saya stress karena apa yang sudah saya rencanakan setiap hari, lebih sering tidak jalan, karena teman-teman satu team tidak dapat mengikuti. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun