Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Tren Jenis Sampah Tergantung Kebiasaan Hidup

30 Januari 2020   01:16 Diperbarui: 1 Februari 2020   05:05 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dunia darurat sampah plastik. Maka itu di mana-mana, kalau ada acara, setiap goody bag, bungkus sesuatu, dll tidak lagi menggunakan kantong dari bahan plastik, tetapi dari kain. 

Entah itu kain kanvas yang kuat, entah itu cuma kain tipis ala kadarnya, atau yang biasa-biasa saja tidak terlalu tipis tidak terlalu kuat juga. Tumbler tempat minum pun banyak dijadikan hadiah atau buah tangan sebuah acara. 

Tetapi yang paling 'booming' sih kantong kain yang menggantikan bahan plastik itu. Mungkin harganya lebih murah dan memang lebih banyak diperlukan dalam setiap situasi dan kondisi.

Tidak salah memang mendukung program kurangi plastik. Tetapi hari ini saya beres-beres rumah, ternyata saya menemukan banyak sekali kantong kain bertuliskan berbagai nama komunitas, acara, perusahaan penyelenggara event, dll. 

Padahal seingat saya, saya sering sengaja memberikan kantong-kantong kain yang saya dapat kepada orang lain. Tapi koq masih banyak juga :D

Belum lagi berbagai macam hadiah tumbler dan termos untuk traveling. Memang tidak sebanyak kantong kain itu, tetapi lumayan untuk dibagi-bagi kepada beberapa orang.

Oh ya ada lagi barang yang penting tetapi sudah bertahun-tahun tidak pernah saya beli, saking banyaknya yang saya dapat dari mana-mana. Souvenir kantor, hotel, pesawat, tour & travel, bank, acara-acara seminar, dst. Yaitu pulpen. Dua barang ini, pulpen dan kantong kain, sangat dibutuhkan, namun sering ketinggalan. 

Walaupun sudah diniatkan agar tidak 'nyampah', ke mana-mana bawa kantong kain, tetapi tetap saja kantong kain itu sering ketinggalan. 

Ketika di tengah-tengah perjalanan mampir ke toko dan tidak bawa kantong kain, ujung-ujungnya pakai kantong plastik juga. Ketika di pameran ada yang bagi-bagi hadiah atau suvenir, ujung-ujungnya nambah juga koleksi kantong kain. 

Padahal kantong kain itu adalah alternatif dari kantong plastik yang tidak ramah lingkungan dan sudah mengancam kelanjutan hidup hewan-hewan laut. 

Tetapi mengapa alternatif ini malah menggunung juga jadi koleksi di rumah yang makin hari makin menumpuk. Bisa-bisa lama-kelamaan, kantong-kantong kain ini juga jadi sampah yang meresahkan.

Memang kantong kain ini dapat dipakai berulang-ulang. Tetapi sebenarnya kantong plastik juga bisa dipakai berulang-ulang, walaupun tidak tahan lama seperti kantong kain. 

Fungsi reusable dari kantong kain ini lama-lama bisa terlupakan, karena di mana-mana bisa didapat kantong kain gratis. Padahal mungkin satu orang cukup punya dua saja, untuk dipakai beberapa bulan. 

Menurut penelusuran saya di Internet dari beberapa sumber:

  1. Paper bag yang terbuat dari kertas, dapat dipakai antara 3 sampai 43 kali
  2. Polypropylene bags (tas pakai ulang/reusable yang banyak ditemukan di supermarket) dapat dipakai 37 kali
  3. Cotton bags (tas dari kain kapas) dapat dipakai 131 sampai 7100 kali. 

Berarti sebenarnya tidak ada yang hanya dipakai untuk satu kali saja. Walau semua angka itu tergantung kepada banyak hal, seperti cuaca, bagus tidaknya jahitannya, dan berbagai kondisi lain. 

Namun kebiasaan langsung buang/lempar atau disimpan dan lupa menyebabkan tas-tas itu menjadi satu kali pakai. Jika demikian, sekalipun tas kain itu bisa hancur atau hancur lebih cepat dibandingkan dengan plastik, sebelumnya tas-tas itu akan menjadi tumpukan sampah. 

Entah bagaimana pengelolaan sampah-sampah kain ini. 

Belum lagi tas-tas kain yang cepat rusak karena tipis dan teknik pembuatannya yang sembarangan sehingga cepat rusak. Tidak adakah kebijakan yang membatasi produksi tas kain ini di Indonesia? 

Agar fungsi utamanya sebagai tas pakai ulang tidak hilang karena produksinya terlalu banyak. Selain itu, menurut beberapa sumber, tulisan atau dekorasi yang dicetak pada tas-tas kain itu juga ternyata tidak ramah lingkungan. 

Sebenarnya bukan cuma tas kain. Biasanya, di Indonesia ada trend khusus merchandise, souvenir, hadiah. Musimnya botol air minum, semua kasih botol air minum. 

Kadang-kadang, kalau butuh sesuatu yang umum dan mulai ngetren, dan saya menunda-nunda untuk beli, biasanya secara kebetulan malah dapat gratisannya. Bukan cuma satu, tapi malah dapat beberapa, yang artinya lebih dari cukup. 

Lucu juga mungkin ya kalau di suatu kegiatan dibagikan goody bag dan kita bilang saya ambil isinya saja, tasnya saya kembalikan karena saya bawa tas sendiri.

Tidak praktis dan repot memang, selain mungkin orang akan mentertawakan kita. Adakah pendapat yang lain? Jangan sampai saat ini trendnya berusaha mengurangi sampah plastik dan dikemudian hari perang melawan sampah kain. Tergantung apa yang sedang trend di era itu. (VRGultom)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun