Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Tereliminasi oleh Teknologi? No Way!

27 November 2019   20:42 Diperbarui: 28 November 2019   19:54 573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tereliminasi oleh Teknologi (Sumber Photo: techcrunch.com)

Tanpa bermaksud mengecilkan sepupu saya yang sudah membantu yang juga seorang manusia, namun jika suatu pekerjaan dapat kita instruksikan pada orang lain langkah demi langkahnya, maka sebenarnya pekerjaan itu bisa dirobotkan. 

Kita buat corat-coret atau konsepnya, jadikan itu sebagai "masukan" atau "input" bagi si robot, dan biarkan robot yang mengerjakannya, mulai dari scan konsep/corat-coret yang kita buat, mengkonversi tulisan tangan kita ke dalam word atau software yang lain, mempercantik bahasanya, melengkapi tulisannya dengan kata pengantar dan penutup, dsb, melengkapi dengan grafik, dst dan kita hanya menerima "keluaran"/"output" nya yang sudah jadi, siap di-submit. 

Bahkan robot itu bisa dibuat lebih pintar lagi. Begitu ada yang melambai kearah robot, si robot akan menghampiri, dan "meminta" input.

Dalam kasus ini tentunya kemampuan robot yang seperti itu sangat membantu saya.

Tetapi bagaimana semua proses itu dapat dikerjakan oleh robot? Tentu ada prosesnya. Dan ada logikanya juga. 

Bagaimana robot dapat mengkonversi tulisan tangan yang tidak beraturan kedalam MS Word? Itu perlu 'kecerdasan' tersendiri. Kecerdasan yang bisa diprogram. Pekerjaan untuk memprogram robot disebut programming. 

Ada macam-macam programming dalam membentuk sebuah robot. Programming untuk mengenali suara, programming untuk membaca database, programming untuk mengenali bentuk-bentuk tertentu dan mengkonversikan ke dalam tulisan, programming untuk membuat sensor untuk mengenal lambaian tangan, dst.

Kemampuan robot itu tergantung dari programming di dalamnya. Jika tidak perlu programming seribet itu, mungkin optionnya adalah mengkloning saraf-saraf otak manusia dan menampilkannya dalam bentuk sebuah robot dan memrogramnya.  

Namun tanpa kemampuan berpikir seperti manusia, robot itu tetap saja sebuah mesin. Mesin yang tidak memiliki kemampuan berpikir di luar apa yang sudah diprogram. Jangan mengira robot itu pintar. Robot tidak dapat menjiplak semua kemampuan manusia, kecuali mungkin jika mengkloning manusia.

Jadi saya rasa kurang bijaksana menolak perkembangan teknologi, apapun teknologi itu. Karena teknologi akan terus berkembang. Dan mau tidak mau kita dituntut untuk meningkatkan kemampuan kita (upgrade skill) agar tidak tereliminasi oleh teknologi. 

Teknologi dibuat untuk membantu manusia mengerjakan sesuatu. Jika pekerjaan kita saat ini adalah rutinitas yang langkah demi langkahnya jelas, dan bisa dirobotkan, sebaiknya mulai lebih kreatif dan mencoba berinovasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun