Mohon tunggu...
Veronika Gultom
Veronika Gultom Mohon Tunggu... Programmer/IT Consultant - https://vrgultom.wordpress.com

IT - Data Modeler; Financial Planner

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Tereliminasi oleh Teknologi? No Way!

27 November 2019   20:42 Diperbarui: 28 November 2019   19:54 573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tereliminasi oleh Teknologi (Sumber Photo: techcrunch.com)

Beberapa tahun lalu, ketika saya baru lulus dan bekerja sebagai programmer, saya baru saja menyelesaikan satu modul yang ditugaskan kepada saya. 

Dan tibalah saatnya untuk memberikan pelatihan pengenalan bagi para calon pengguna system yang saya buat, satu department yang sebelumnya bekerja benar-benar segala-galanya manual. 

Dan saat itu mereka termasuk kelompok yang 'anti' dengan komputer, minimal itu terpancar dari obrolan sehari-hari mereka.

Saya perlu, diam-diam, berlatih keras untuk pelatihan itu, maklumlah fresh graduate yang masih takut-takut melihat orang dan lebih sering berhadapan dengan komputer daripada manusia. 

Apalagi yang akan diberi pelatihan itu para senior yang masa kerjanya sudah jauuhhh lebih lama. Dan juga itu adalah pelatihan perdana saya.

Tibalah harinya, dan saya juga sudah mempersiapkan kemungkinan pertanyaan-pertanyaan yang bakal diajukan. Dan...tibalah pada sesi tanya jawab itu.

Pertanyaan pertama:

"Veronika, kalau mau mematikan komputernya bagaimana ya?"

Saya tunjukan bagaimana cara mematikan komputer. User yang bertanya pun berusaha melatih dirinya untuk menekan tombol dengan sangat hati-hati, seolah takut meledak.

Pertanyaan kedua:

"Kalau mau nginput, ngetiknya gimana?"

Saya tunjukan bagaimana mengetik pada keyboard komputer, yang kemudian dipraktekan oleh mereka perlahan-lahan, seperti mengetik pada mesin tik biasa yang keyboardnya keras.

Dst.

Kembali ke ruangan, boss saya bertanya,"Bagaimana, apa mereka banyak bertanya?"

Saya jawab,"Ya, mereka banyak bertanya, tetapi bukan tentang systemnya. Mereka banyak bertanya tentang bagaimana cara menggunakan komputer".

Perkembangan teknologi penggunaan komputer bisa dilihat dari sejak zaman dulu sampai sekarang. Setidaknya yang masih sempat saya alami, dari jaman mengkonversi pekerjaan manusia dari manual ke komputerisasi. 

Input data ke komputer menggantikan proses mencatat data di kertas. Mencetak faktur menggunakan system komputer menggantikan proses membuat faktur penjualan dengan mencatat di form faktur yang dipesan sekaligus banyak dan sudah ada formatnya. 

Mencetak laporan penjualan harian dari hasil input di komputer menggantikan proses menyalin data satu-persatu dari faktur penjualan ke dalam format laporan. 

Isu komputer akan menggantikan pekerjaan manusia itu sudah dari dulu. Tetapi, lihat sekarang. Komputer bukan hanya untuk mengkonversi cara kerja manual ke komputerisasi. 

Andai orang-orang yang dulu menganggap komputer akan menggantikan pekerjaan mereka memilih menolak meng-adopt teknologi ini, saya rasa mereka sudah lama tereliminasi, digantikan orang-orang yang dapat bekerja lebih efisien dan efektif dengan komputer. 

Kalaupun mereka kemudian sadar dan mau belajar lagi, mereka perlu belajar banyak, karena ketertinggalannya sudah jauh.

Sekarang orang ribut-ribut tentang Artificial Intelligence (AI). AI buat sebagian orang mungkin adalah teknologi baru. (Silahkan dicari sendiri apa itu Artificial Intelligence). 

Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan seperti saya sebutkan dalam artikel yang lain, adalah ciptaan manusia. Mungkinkah ciptaan manusia melebihi penciptanya? 

Ok lah, kita harus berpikiran terbuka. Tidak ada yang tidak mungkin. Tetapi saat ini, rasanya belum ada mesin yang melebihi kemampuan manusia dalam segala hal. 

Mungkin sudah banyak diciptakan robot-robot untuk menggantikan manusia. Bahkan robot-robot itu dapat bekerja lebih cepat, tidak mengenal lelah, tidak melakukan kesalahan karena sudah diprogram sesuai prosedur, dapat melakukan perhitungan-perhitungan yang berat.  

Kelemahannya, yang mudah dilihat, robot-robot itu bisa rusak, bisa habis baterei, tergantung pada listrik. Tetapi kelemahan itu adalah sesuatu yang bisa diprediksi, jadi pasti bisa dicari solusinya.

Jadi bagaimana robot-robot itu dapat mempengaruhi kehidupan manusia? 

Jika ada kelompok orang yang keukeuh menolak dan beradaptasi dengan teknologi, sepertinya kelompok itu pada suatu saat akan tertinggal, karena ada kelompok lain yang giat mengembangkan teknologi dan ternyata teknologi itu membantu pekerjaan manusia.

Teknologi itu hanya bersifat membantu. Ada banyak hal di dunia ini yang belum sempat dikerjakan oleh manusia karena keterbatasan waktu dan kemampuan.

Suatu saat dimasa lalu, saya harus bekerja sambil kuliah. Bukan perkara gampang, walaupun masih untung karena pekerjaan dan sekolah saya adalah bidang yang sama. 

Sehingga saya tidak perlu belajar terlalu keras karena materinya adalah makanan sehari-hari saya. Namun perkara waktu....sekalipun saya tahu cara mengerjakan tugas-tugas kuliah saya, namun karena sempitnya waktu saya tetap merasa kesulitan. Saya harus putar otak supaya dua-duanya bisa jalan. 

Beruntung sepupu saya yang kebetulan bekerja di tempat yang sama, mau membantu. Pekerjaan sepupu saya lebih santai dan waktu sibuknya dapat diprediksi. Sementara saya, sepanjang hari selalu ada yang harus diselesaikan. 

Maka saya menuliskan instruksi-instruksi dan hal-hal yang penting, dan sepupu saya akan mengerjakan sesuai instruksi tersebut untuk saya, sambil sesekali bertanya jika ada yang meragukan. Dengan demikian pekerjaan dan sekolah bisa jalan.

Tanpa bermaksud mengecilkan sepupu saya yang sudah membantu yang juga seorang manusia, namun jika suatu pekerjaan dapat kita instruksikan pada orang lain langkah demi langkahnya, maka sebenarnya pekerjaan itu bisa dirobotkan. 

Kita buat corat-coret atau konsepnya, jadikan itu sebagai "masukan" atau "input" bagi si robot, dan biarkan robot yang mengerjakannya, mulai dari scan konsep/corat-coret yang kita buat, mengkonversi tulisan tangan kita ke dalam word atau software yang lain, mempercantik bahasanya, melengkapi tulisannya dengan kata pengantar dan penutup, dsb, melengkapi dengan grafik, dst dan kita hanya menerima "keluaran"/"output" nya yang sudah jadi, siap di-submit. 

Bahkan robot itu bisa dibuat lebih pintar lagi. Begitu ada yang melambai kearah robot, si robot akan menghampiri, dan "meminta" input.

Dalam kasus ini tentunya kemampuan robot yang seperti itu sangat membantu saya.

Tetapi bagaimana semua proses itu dapat dikerjakan oleh robot? Tentu ada prosesnya. Dan ada logikanya juga. 

Bagaimana robot dapat mengkonversi tulisan tangan yang tidak beraturan kedalam MS Word? Itu perlu 'kecerdasan' tersendiri. Kecerdasan yang bisa diprogram. Pekerjaan untuk memprogram robot disebut programming. 

Ada macam-macam programming dalam membentuk sebuah robot. Programming untuk mengenali suara, programming untuk membaca database, programming untuk mengenali bentuk-bentuk tertentu dan mengkonversikan ke dalam tulisan, programming untuk membuat sensor untuk mengenal lambaian tangan, dst.

Kemampuan robot itu tergantung dari programming di dalamnya. Jika tidak perlu programming seribet itu, mungkin optionnya adalah mengkloning saraf-saraf otak manusia dan menampilkannya dalam bentuk sebuah robot dan memrogramnya.  

Namun tanpa kemampuan berpikir seperti manusia, robot itu tetap saja sebuah mesin. Mesin yang tidak memiliki kemampuan berpikir di luar apa yang sudah diprogram. Jangan mengira robot itu pintar. Robot tidak dapat menjiplak semua kemampuan manusia, kecuali mungkin jika mengkloning manusia.

Jadi saya rasa kurang bijaksana menolak perkembangan teknologi, apapun teknologi itu. Karena teknologi akan terus berkembang. Dan mau tidak mau kita dituntut untuk meningkatkan kemampuan kita (upgrade skill) agar tidak tereliminasi oleh teknologi. 

Teknologi dibuat untuk membantu manusia mengerjakan sesuatu. Jika pekerjaan kita saat ini adalah rutinitas yang langkah demi langkahnya jelas, dan bisa dirobotkan, sebaiknya mulai lebih kreatif dan mencoba berinovasi.

Dulu kalau mau cari ojeg, harus ke pangkalan ojeg, tawar-menawar dulu, kadang-kadang Abang ojegnya jual mahal atau customernya yang nawar kebangetan. 

Seiring perkembangan zaman, sekarang ada sistem pemesanan online. Tidak perlu susah nyari tukang ojek ke pangkalan ojek, tidak usah tawar-tawaran dulu. Itu karena ada orang-orang yang kreatif melihat kesempatan meng-system-kan proses sewa ojeknya dengan memanfaatkan teknologi. 

Tukang ojek tetap ada, pengguna ojek juga tetap ada, tetapi cara sewa-menyewanya ditingkatkan dengan bantuan teknologi. Bagaimanakah kabarnya, tukang ojek yang dulu menolak Gojek, Grab, dan sistem transportasi online yang lain? (VRGultom)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun