Mohon tunggu...
viydia nurhilaliyah093
viydia nurhilaliyah093 Mohon Tunggu... Mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Politik

Refleksi saya dari "kemiskinan moral dalam komunikasi politik: Dari wakil rakyat ke warga negara"

23 September 2025   19:53 Diperbarui: 23 September 2025   19:52 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya telah membaca tulisan dosen saya berjudul "kemiskinan moral dalam komunikasi politik: Dari wakil rakyat ke warga negara" Tulisan ini mengajak kita merenung tentang kemiskinan moral dalam komunikasi politik, terutama yang dilakukan oleh wakil rakyat.karena moral bukan soal materi, tapi soal nilai: bagaimana mereka memakai bahasa, etika, dan cara bicara kepada publik.

Beberapa poin penting yang saya dapatkan dari tulisan tersebut adalah:

* Ada anggota dewan yang bicara kasar: contohnya pernyataan "Orang yang bubarkan DPR orang tolol sedunia." Kata-kata seperti ini bukan cuma menyakiti, tapi melukai martabat komunikasi publik.

* Bahasa politik semestinya jembatan antara wakil rakyat & warga negara. Tapi bila bahasa itu penuh hujatan, makian, atau hinaan, maka yang terjadi adalah perpecahan, bukan dialog. Jurang antara rakyat & elit makin lebar. 

* Kepercayaan publik ikut terkikis. Formalnya wakil rakyat masih punya wewenang, tapi secara moral wibawanya tertelan oleh bahasa yang merendahkan. Ini disebut "poverty of representation": secara legal ada, tapi secara moral dianggap rendah. 

* Demokrasi yang sehat tidak hanya soal prosedur dan institusi, tapi juga bagaimana komunikasi dijalankan secara etis dan penuh empati. Wakil rakyat harus sadar bahwa bahasa mereka memiliki dampak bukan hanya bagaimana mereka dipandang publik, tapi bagaimana rakyat merasa dihargai atau tidak.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun