Mohon tunggu...
Vivi Ainil Mufiddah
Vivi Ainil Mufiddah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keputusan Childfree: Antara Pilihan dan Stigma

16 Mei 2024   23:15 Diperbarui: 16 Mei 2024   23:21 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Keputusan untuk menjalani hidup tanpa anak, atau yang lebih dikenal dengan istilah “childfree”, semakin sering dibicarakan oleh masyarakat luas. Kebanyakan pasangan lebih memilih untuk tidak memiliki anak karena berbagai alasan. 

Ada yang terpengaruh oleh budaya orang luar yang memang dari dulu sudah ada budaya tidak memiliki anak sebab dari mereka mengganggap anak adalah sebuah beban, dan juga memiliki anak mengharuskan mereka untuk meluangkan waktu lebih dan biaya lebih lainnya untuk kehidupan dan juga biaya pendidikannya. 

Di beberapa negara luar sampai menerapkan program yang membebaskan dana dari kehamilan hingga Pendidikan tinggi untuk memotivasi para pasangan berminat untuk memiliki anak.

Di Indonesia sendiri sekarang angka kelahiran mengalami angka penurunan yang sangat dratis dari tahun 2012 hingga sekarang, serta angka pernikahan pun semakin menurun. 

Sebab kebanyakan dari pasangan-pasangan muda saat ini mereka masih ingin meningkatkan karier untuk lebih bagus lagi, mereka memiliki ambisi yang tinggi akan kariernya. Serta fokus untuk pengembangan professional dalam bidang yang mereka tekuni. Dan juga mereka lebih minat untuk memiliki kegiatan diluar ruangan seperti trevelling, ataupun kegiatan lainnya yang menjadi hobi mereka. 

Sebab bagi mereka bila memiliki anak lebih memerlukan banyak waktu luang untuk mengasuh anaknya, dan mengharukan mereka belajar akan perenting anak agar anak dapat tumbuh kembang dengan baik dan juga tidak kehilangan figur dari orang tua tersebut. Serta mereka juga harus menyiapkan finasial yang besar untuk biaya kebutuhan anak-anaknya.


Dari sudut pandang sosiologi perilaku ini dapat dilihat dari teori peran sosial yang menganggap sebagian besar aktivitas harian diperankan oleh kategori-kategori yang ditetapkan secara sosial. eori peran sosial mengeksplorasi bagaimana individu memahami dan memenuhi peran yang diharapkan oleh masyarakat. 

Dalam konteks childfree, individu yang memilih untuk tidak memiliki anak mungkin mengalami konflik peran karena ekspektasi sosial tradisional menganggap peran orang tua sebagai bagian penting dari kehidupan dewasa. teori ini dapat membantu memahami tekanan dan stigma sosial yang dihadapi oleh mereka yang memutuskan untuk childfree.

Meskipun keputusan untuk menjalani hidup tanpa anak adalah pilihan yang valid dan rasional, stigma terhadap keputusan childfree masih kuat di banyak masyarakat. 

Persepsi negatif ini sering kali didasarkan pada nilai-nilai tradisional dan norma-norma sosial yang menganggap bahwa memiliki anak adalah bagian integral dari kehidupan yang utuh dan bermakna. Akibatnya, individu atau pasangan yang memilih jalur childfree sering menghadapi berbagai tuduhan dan stereotip yang tidak adil.

Salah satu stigma yang paling umum adalah tuduhan bahwa orang yang memilih untuk tidak memiliki anak bersikap egois. Mereka dianggap hanya memikirkan diri sendiri dan tidak mau berbagi tanggung jawab membesarkan anak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun