Mohon tunggu...
Vitty Monica
Vitty Monica Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sedang Menempuh Pendidikan S1

Hobi mencari hal-hal menarik dimedia sosial

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kebenaran dan Sikap Ilmiah

4 Februari 2023   20:25 Diperbarui: 4 Februari 2023   20:23 2517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

KEBENARAN DAN SIKAP ILMIAH

Dr. Suhardi, S.Pd.I. MA

Vitty Monica (2201020206) dan Surya Iqbal Ramadhan (2201020195)

FITK IAIDU Asahan-Kisaran, Pendidikan Agama Islam

PENDAHULUAN

Kebenaran dan Sikap Ilmiah merupakan sesuatu yang sangat menentukan dalam kehidupan ini. Seringkali, dengan dalih kebenaran, seseorang, kelompok, lembaga, atau bahkan negara membenarkan tindakan terhadap orang lain karena dianggap telah melakukan tindakan yang benar.
Kebenaran dan sains memiliki korelasi yang erat. Ilmu dapat mengantarkan manusia ke jalan kebenaran atau dapat mendekatkan manusia pada kebaikan atau meraih kemaslahatan diri dan membentengi diri dari keburukan (Qardhawi, 1991). Perdebatan ini tentu berkorelasi dengan apa yang disebut "kebenaran ilmiah".
Di sekolah dasar sebaiknya membantu siswa mengembangkan sikap ilmiahnya dengan cara bertindak seperti ilmuwan (melakukan proses ilmiah) untuk menemukan fakta, konsep, dan teori, serta mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

PEMBAHASAN


KEBENARAN DAN SIKAP ILMIAH

A. Konsep Dasar Kebenaran Ilmiah

1. Definisi Kebenaran
Istilah "kebenaran" atau dalam bahasa Inggris "kebenaran", adalah kata benda yang penggunaannya bisa konkret atau abstrak. Referensi lain untuk kata "kebenaran" meliputi: bahasa Arab "al-haq", bahasa Latin "variitas", dan bahasa Yunani "eletheid". Kebenaran dianggap sebagai kebalikan dari kata "kesalahan", "kesesatan", "kepalsuan" dan terkadang juga "opini". Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kebenaran diartikan sebagai "keadaan" (hal dan sebagainya) yang sesuai dengan keadaan (hal) yang sebenarnya.
Tujuan hidup adalah mencari kebenaran. Tentang kebenaran ini, Plato pernah berkata: Apa itu kebenaran? kemudian pada waktu yang berbeda, bahkan jauh kemudian, Bradley menjawab: "Kebenaran adalah kenyataan", tetapi bukan kenyataan (dos sollen) yang tidak selalu harus (dos sein) terjadi. Fakta yang terjadi bisa berupa ketidakbenaran (keburukan). Jadi pengertian kebenaran itu ada dua, yaitu kebenaran yang berarti benar-benar terjadi di satu pihak, dan kebenaran dalam arti kebalikan dari kejahatan (ketidakbenaran). (Inu Kencana Syafi'i, 1995:141).

2. Kebenaran Ilmiah
Salah satu poin mendasar dan selalu aktual dalam pergumulan hidup manusia adalah upaya mempertanyakan dan mengungkapkan kebenaran. Kebenaran bisa dikatakan sebagai tema yang tidak pernah habis untuk dibawa sampai ke ranah akal (dan pikiran) manusia. Kebenaran menurut makna leksikalnya adalah suatu keadaan (benda) yang sesuai dengan keadaan (benda) yang sebenarnya. Artinya, kebenaran adalah tanda yang dihasilkan oleh pemahaman (kesadaran) yang menyatu dalam bahasa yang logis, jelas, dan tersegregasi (Bagus, 1991:86).

3. Definisi Kebenaran dalam Sains
Aceng Rachmat mengatakan bahwa makhluk cerdas, manusia selalu diliputi rasa ingin tahu. Maka karena itu pengetahuan bermula dari keinginan untuk mengetahui manusia yang memiliki pengetahuan yang semakin banyak (Aceng Rachmat, 2010: 102).

4. Nilai kebenaran
Bagi kaum positivis, kebenaran substantif menjadi sinonim dengan kebenaran faktual sesuai dengan empiris. Bagi kaum realis, hak substantif identik dengan hak riil objektif, hak menurut konstruk skema rasional tertentu.

5. Hakikat Kebenaran Ilmiah
Menurut Abbas Hamami Mintareja, "Kebenaran dapat dijadikan objek konkrit maupun abstrak. Subyek menyatakan kebenaran proposisi yang diuji memiliki kualitas, sifat atau ciri hubungan dengan nilai. Karena kebenaran tidak lepas begitu saja dari kualitas , hakikat, hubungan dan nilai itu sendiri" (Abbas Hamami Mintareja, 2018: 103)

6. Manusia dan Kebenaran
Manusia memiliki fitrah yang selalu mencari jawaban atas pertanyaan yang muncul dalam hidupnya. Dalam mencari ilmu, manusia melakukan penelitian yang meliputi tiga hal:
a. Objek yang diselidiki.
b. Proses penemuan pengetahuan.
c. Manfaat atau kegunaan ilmu.
Untuk itu manusia akan selalu berpikir, dengan berpikir maka akan timbul pertanyaan, dan dengan bertanya maka akan ditemukan jawaban yang merupakan jawaban yang benar (Mukhlis Yunus, 2022: 93).

8. Sifat Kebenaran
Menurut Purwadar Minta (Surajiyo, 2010: 102), kebenaran memiliki beberapa pengertian, yaitu:
a) Kondisi (barang dan sebagainya) benar (cocok dengan barang atau kondisi sebenarnya); misalnya, saya masih meragukan kebenaran ini; kita harus berani membela kebenaran dan keadilan;

b) Sesuatu yang benar (benar-benar ada, benar-benar ada dan sebagainya); kebenaran palsu yang diajarkan oleh agama;
c) Kejujuran; kelurusan hati; misalnya, tidak ada yang meragukan kebaikan dan kebenaran hatimu;
d) Selalu izin; kebaikan; misalnya, dengan ketuhanan kebenaran;
e) Kesempatan berjalan; misalnya, penjahat bisa ditangkap oleh kebenaran saja.

B. Sikap Ilmiah
Sikap ilmiah menurut Archi 3. Bahm (1980) meliputi enam ciri sebagai berikut.

1. Sikap ingin tahu. Rasa ingin tahu (scientific inquiry) ditujukan untuk memahami keberadaan, sifat, fungsi benda tertentu dan hubungannya dengan benda lain. Rasa ingin tahu memicu munculnya pertanyaan. Dari sejumlah pertanyaan tersebut, akan mendorong seseorang untuk mencari jawaban melalui proses penyelidikan, pemeriksaan, eksplorasi, petualangan, dan eksperimen guna mencapai pemahaman yang utuh. Tanpa rasa ingin tahu, pengetahuan apa pun tidak mungkin dicapai atau diperoleh.

2. Spekulatif terhadap segala sesuatu yang disebut sains atau pengetahuan. Spekulatif adalah sikap ilmiah yang diperlukan untuk mengajukan hipotesis (tentunya bersifat deduktif) untuk menemukan solusi atas sesuatu yang dianggap sebagai masalah ilmiah di satu sisi, dan menjadi peta jalan ketika seseorang melakukan penelitian. Seorang peneliti tidak sampai pada kesimpulannya sendiri, sebelum dia benar-benar melakukan percobaan dan penelitian berulang kali.

3. Spekulatif dalam pengertian ini akan mendorong setiap "pencari ilmu" untuk mencari tahu lebih jauh dan lebih dalam segala kemungkinan yang mungkin terjadi. Meski pada tahap tertentu ia sudah memiliki kesimpulan awal.

4. Bersikaplah objektif. Objektif di sini diartikan sebagai sikap yang selalu siap menerima subjektivitas (tentunya relatif) terhadap apa adanya menurutnya benar. Sikap tersebut meliputi: (a) kemauan mengikuti tuntunan rasa ingin tahu ilmiah; (b) kemauan untuk dibimbing oleh pengalaman dan nalar, bukan fanatisme; (3) kesediaan untuk menerima data apa adanya, tidak ditafsirkan sesuai dengan preferensi, imajinasi atau konsepsi pengamat yang membuatnya bias; (d) kesediaan untuk diubah oleh objek jika penyelidikan tentang objek diketahui hal-hal yang menyebabkan perlunya revisi dan desain ulang konsep peneliti; (e) kesediaan untuk melakukan kesalahan dalam menjalankan metode trial and error tanpa meninggalkan tujuan untuk mencapai kebenaran objektif; dan (f) kemauan untuk tetap teguh melanjutkan penyelidikan meskipun masalah yang dihadapi sangat sulit untuk dipecahkan.

5. Keterbukaan. Sikap terbuka adalah kesediaan untuk mempertimbangkan semua masukan yang relevan mengenai masalah yang sedang dikerjakan, kesediaan untuk mendengarkan dan mengkaji ide-ide dari pihak lain meskipun tampak berbeda atau bertentangan dengan kesimpulan yang ditarik oleh ilmuwan itu sendiri, tidak menyalahkan pandangan apapun kecuali penalaran yang memadai. .

6. Kesediaan untuk menunda penilaian. Dia tidak memaksakan diri untuk menjawab jika penyidikan belum mendapatkan bukti yang diperlukan. Bukti yang dimaksud dapat dihasilkan melalui pendekatan deduksi, dapat juga menggunakan pendekatan induksi melalui observasi atau observasi, wawancara, dan kuesioner kepada objek penelitian.

7. bisa berubah. Bersikap tentatif berarti tidak dogmatis terhadap hipotesis atau kesimpulan, tetap menyadari bahwa tingkat kepastian pembuktian selalu kurang dari seratus persen dan selalu memungkinkan timbulnya keraguan, yang karenanya memungkinkan untuk meninjau kembali apa yang diyakini benar.

KESIMPULAN
1. Kebenaran,

Kebenaran ternyata sangat luas cakupannya, tidak hanya sebatas "apa yang sesuai dengan fakta". Kebenaran ilmiah sendiri merupakan pernyataan yang sesuai dengan fakta yang diperoleh melalui metode ilmiah tertentu.
Berbicara tentang kebenaran ilmiah, sejarah telah menyajikan fakta bahwa apa yang dianggap benar kemarin belum tentu dianggap benar hari ini, demikian pula apa yang dianggap benar hari ini bukanlah harga mati untuk menyatakan hari esok salah. Filsafat ilmu adalah perenungan filosofis yang tidak akan pernah mengenal titik jenuh, lelah menjelajah cakrawala ilmu demi menemukan kebenaran atau kenyataan, sesuatu yang tidak akan pernah habis kita pikirkan dan tidak akan pernah habis penjelasannya. Oleh karena itu, untuk mencari dan menemukan kebenaran ilmiah diperlukan sikap keterbukaan, kerendahan hati, dan keinginan untuk mengadakan dialog ilmiah yang cerdas.
2. Sikap Ilmiah
Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus ada dalam diri seorang ilmuwan atau akademisi ketika menghadapi permasalahan ilmiah. Guru hendaknya membiasakan sikap ilmiah agar tumbuh dalam diri siswa. Sehingga ketika siswa menyadari bahwa pengetahuannya masih terbatas, maka akan tumbuh rasa ingin tahu dari dalam dirinya untuk menggali lebih banyak informasi. Dengan demikian, pembelajaran biologi diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam memberdayakan anak untuk belajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun