Mohon tunggu...
Vitriyah Luqyana
Vitriyah Luqyana Mohon Tunggu... Penulis

Aku adalah seorang penulis yang menemukan kedamaian lewat kata-kata. Sejak lama, menulis menjadi caraku berdialog dengan diri sendiri, merangkum pengalaman hidup, sekaligus berbagi refleksi untuk orang lain. Aku percaya setiap kisah, sekecil apa pun, bisa memberi arti jika dituturkan dengan jujur. Hobi: Menulis puisi dan kisah reflektif Bernyanyi dan menikmati musik (pop, slow rock, dan balada penuh makna) Yoga sebagai cara menjaga keseimbangan jiwa dan raga Membaca kisah inspiratif, psikologi populer, dan isu sosial Kepribadian: Aku cenderung spontan dan lebih suka berbicara apa adanya. Aku menghargai kejujuran dan ketulusan, serta kurang cocok dengan drama atau kepura-puraan. Meski begitu, aku punya sisi puitis yang muncul lewat tulisan, terutama saat hatiku tersentuh oleh sesuatu yang mendalam. Topik Konten Favorit: Refleksi kehidupan dan perjalanan batin Isu sosial dan kemanusiaan Kisah inspiratif dari pengalaman nyata Catatan sederhana tentang musik, seni, dan keseharian Puisi dan tulisan puitis yang menyuarakan hati Bagiku, menulis di Kompasiana bukan sekadar hobi, melainkan juga sarana berbagi dan membangun jejak yang bermanfaat. Aku adalah seorang penulis yang menemukan kedamaian lewat kata-kata. Sejak lama, menulis menjadi caraku berdialog dengan diri sendiri, merangkum pengalaman hidup, sekaligus berbagi refleksi untuk orang lain. Aku percaya setiap kisah, sekecil apa pun, bisa memberi arti jika dituturkan dengan jujur. Hobi: Menulis puisi dan kisah reflektif Bernyanyi dan menikmati musik (pop, slow rock, dan balada penuh makna). Membaca kisah inspiratif, psikologi populer, dan isu sosial Kepribadian: Aku cenderung spontan dan lebih suka berbicara apa adanya. Aku menghargai kejujuran dan ketulusan, serta kurang cocok dengan drama atau kepura-puraan. Meski begitu, aku punya sisi puitis yang muncul lewat tulisan, terutama saat hatiku tersentuh oleh sesuatu yang mendalam. Topik Konten Favorit: Refleksi kehidupan dan perjalanan batin Isu sosial dan kemanusiaan Kisah inspiratif dari pengalaman nyata Catatan sederhana tentang musik, seni, dan keseharian Puisi dan tulisan puitis yang menyuarakan hati Bagiku, menulis di Kompasiana bukan sekadar hobi, melainkan juga sarana berbagi dan membangun jejak yang bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Menangis Dalam Syukur

11 September 2025   10:45 Diperbarui: 11 September 2025   10:45 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Aku baru saja selesai sholat. Dan aku menangis lagi. Bukan karena sedih, tapi karena aku tak tahu lagi bagaimana harus mengungkapkan rasa syukurku. Rasanya berteriak: "Alhamdulillahirobbilalamin" saja tak cukup untuk meluapkan rasa syukur itu..Terlalu banyak. Terlalu dalam. Terlalu membuncah hingga aku kewalahan untuk menampungnya. Dan satu-satunya yang bisa kulakukan hanya menangis. 

Bukan karena sengaja ingin melakukan, hanya saja karena aku tak kuat lagi menampung perasaan itu, membuatku begitu saja menangis. Bukan tangisan keras, tapi tangisan yang sangat dalam, hingga menggetarkan dinding-dinding yang membungkus rongga dadaku. Begitu dalamnya hingga naik ke kepalaku, menguras habis telaga air mata meski sebisa mungkin kutahan suaraku.

Tahukah kamu apa yang selanjutnya terjadi? Itu membuat kepalaku berdenyut sakit menahan gelombang rasa itu. Aku tak hanya bersyukur karena terbukanya jalan keluar atas masalahku. Tapi bagaimana keajaibanNya mampu menciptakan jalan yang tak pernah terpikirkan olehku sebagai solusi. Jalan yang selama ini sebuah keniscayaan. Cara eksekusi yang paling bisa diterima oleh pikiranku dan didukung penuh oleh rasa hatiku. 

Karena masalah yang ku hadapi itu muncul setelah Allah membangunkan kesadaranku dengan cara yang tak masuk akal.sebuah kesadaran yang sangat sulit diterima nalar. Tapi satu kebenaran yang nyata harus kuhadapi. Begitu dalamnya pemahaman yang Dia bisikkan ke dasar hatiku, hingga pengingkaran kehilangan tempat hinggap. Aku kebingungan mencari-cari jalan keluar, seolah jalan buntu dimana-mana. Aku frustasi dengan hidupku. Hanya oleh sebuah kesadaran bahwa ternyata jalan yang selama ini kutempuh bukanlah milikku yang sesungguhnya.

Dan itu cukup membuatku kalang kabut. Bagaimana aku bisa melanjutkan langkah ini, jika ku tahu bukan ini yang Dia mau untukku? Benar-benar sebuah dilema yang menguras pikiranku. Aku tak mungkin mengambil jalan pintas tanpa memikirkan orang-orang di sekelilingku, meski ku tahu itu demi hidupku. 

Hingga Allah Swt mendatangkan peluang yang sungguh di luar dugaan. Peluang ini rasanya jauh dari kata masuk akal. Sekalipun tak pernah terbesit dalam pikiranku akan melakukan semua ini. Tak kusangka aku memiki kemampuan yang baru kusadari beberapa waktu ini. Keajaiban yang tiba-tiba saja mendatangiku, sebagai jawaban atas doa-doa yang kupanjatkan dalam ikhtiar mencari jalan keluar. 

Dan kembali ku rasakan keajaiban itu, saat dengan cara yang ajaib pula Dia menghadirkan solusi atas masalahku. Sebuah peluang yang membebaskan aku dari semua batasan yang selama ini mengurungku.

Secara nalar peluang ini bisa kuterima sebab dengan cara ini aku tetap bertahan pada nilai yang ku bawa sejak awal. Aku hanya ingin bertanggung jawab atas hidup yang kujalani. Saat hatiku Dia bangunkan dengan kesadaran tentang kebenaran hidupku yang tak mungkin ku abaikan, aku tak mau pergi begitu saja dengan tanggung jawab yang kubiarkan terbengkelai karena ketidakhadiranku. 

Maka ketika Dia membuka peluang yang rasanya sangat mustahil pada awalnya, ini benar benar sebuah keajaiban yang nyata. Bahwa ketika kita sudah menyelaraskan diri, semesta akan merespon vibrasi yang kita pancarkan, dengan menghadirkan kejadian yang mendukung tujuan. Aku sudah membuktikan dengan hidup yang sedang kujalani, bahwa sinkronisitas itu bisa terjadi dan sangat mungkin.

Sebelumnya, pada bulan Desember tahun lalu, Allah pernah menghadirkan peluang yang juga menjadi jawaban doaku. Juga dengan cara yang tak biasa. Tapi tetap saja hatiku memiliki kendali rasa untuk mengambil atau menolak peluang yang Dia hadirkan. Dia menggerakkan hati pasanganku dengan cara yang tak pernah terpikirkan. Melalui rasa bersalah yang dalam serta lewat mimpi tengah malam.

Dalam mimpinya, hadir sosok ibu mertua yang sudah meninggal. Melalui mimpi itu, pasanganku merelakanku, karena mertuaku yang meminta itu padanya. Dia menangis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun