Mohon tunggu...
Syaripudin Zuhri
Syaripudin Zuhri Mohon Tunggu... Pembelajar sampai akhir

Saya senang bersahabat dan suka perdamaian. Moto hidup :" Jika kau mati tak meninggalkan apa-apa, maka buat apa kau dilahirkan?"

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Amien Rais Dibully Karena Tak Mendukung Ahok

20 September 2016   08:03 Diperbarui: 20 September 2016   08:11 1699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Amien Rais dan Ahok pada sebuah acara pada satu kesempatan, Sekarang Amien Rais dibully pada kesempatan lainnya, itulah politik. Sumber: bijak.net

Rupanya Amien Rais masih tetap mempunya gaya tarik yang luar biasa, walau sudah sepuh, energinya luar biasa, sampai-sampai pihak lawanpun “memata-matai”nya ketika berkhutbah. Anehkan, Amien Rais itu khutbah di masjid, namun suara di masjid tersebut dikutip dan disiarkan ke seantero tanah air, mengapa? Karena yang khutbah adalah Amien Rais, dan yang kena semprit adalah Ahok, maka teriaklah yang sebelah, gegerlah yang sebelah.

Benar-benar aneh bukan, mungkin kalau yang khutbah dan yang nyemprit bukan Amien Rais, ya tak diekspos media, yang teriak seperti Amein Rais di masjid-masjid bukan satu dua, banyak sekali. Namun mengapa ketika Amien Rais yang khutbah dan menyemprit Ahok, yang sebelah pada “kebakaran jenggot?” Pasalnya Amien tak mendukung Ahok, kalau di masjid Amien Rais mendukung Ahok, pasti yang sebelah akan diam seribu bahasa, tanya kenapa? Akh seperti “kura-kura dalam perahu”, anda seperti pura-pura tidak tahu, padaha jelas ada di “depan mata”.

Bedanya hanya tipis, antara mendukung dan tidak, kalau saja, sekali lagi, Amien Rais dalam khutbahnya mendukung Ahok, tentu saja mereka, yang sebelah akan diam seribu bahasa, atau mungkin sejuta bahasa. Tak percaya? Lihat saja, ambil contoh, ketika Setya Novanto yang sekarang ketua Golkar mendukung Ahok, yang sebelah semua terdiam, semua terpaku, padahal ketika Setnov keserempet kasus “papa minta saham” yang sebelah ikut teriak, bahkan mungkin juga mengutuknya, sampai-sampai Setnov mundur dari ketua DPR, sebuah jabatan prestisius sebagai seorang politikus, tanya kenapa? Dan anda tahu Setnov itu siapa dan ada disebelah mana, iya kan? Udah deh, jangan pura-pura tak membicarakan soal yang membuat orang pada tersinggung.

Jadi Amien Rais dibullly hanya karena tak mendukung Ahok, kalau Amien Rais mendukung Ahok dan kata-kata sekasar apapun akan didiamkan, itu sama dengan Ahoker, Ahok mau bicara kasar sekasar-kasarnya, berkata dengan sombong sesombong-sombongnya atau arogan searogan-arogannya, yang sebelah akan “ tutup mata, tutup telinga dan tutup mulut”, dan pihak Ahok tetap bilang, “Ahok pilihanku” dan akan tetap dibela mati-matian, dan jangan kwatir, tak akan dibilang “ cinta buta”. Iya kan?

Jadi “kesalahan” Amien Rais sebenarnya hanya satu, Amien Rais tak mendukung Ahok, kalau saja Amien mendukung Ahok, sekeras apapun Amien Rais mengkritik Ahok mereka akan diam. Itu sama dengan apa yang telah mereka lakukan pada partai Golkar, Hanura dan Nasdem. Sementara mereka, yang sebelah diam saja, pada apa yang orang-orang Golkar, Hanura dan Nasdem. Mengapa? Karena ketiganya sudah mendukung Ahok. Lalu mengapa PKS juga diserang? Karena PKS juga tidak mendukung Ahok, jadi jelas sudah, mana kawan mana lawan, lalu memgapa harus ribut?

Politikus bisa bolak balik, “pagi tempe sore tahu” begitu kata orang. Jangan lupa, Ahok itu pernah anggota Gerindra, tapi sekarang menjadi musuh bebuyutan. Jangan lupa juga Megawati dan Prabowo pernah maju bareng menjadi capres dan wacapres pada pilpres 2009, dan keduanya temanan lagi pada Pilkada DKI Jakarta 2012, ketika mendukung Jokowi-Ahok menjadi cagub dan cawagub. Namun Megawati dan Prabowo dengan partai masing-masing seperti “musuh bebuyutan” pada pilpres berikutnya di tahun 2014, Megawati mendukung Jokowi, bukan Prabowo! Dan pada Pilkada 2017 masih belum terlihat, apakah PDIP dengan Gerindra, temanan atau musuhan? Lihat saja di menit-menit terakhir saat pendaftaran cagub dab cawagub pada Pilkada 2017. Itulah politik, lawan dan kawan bisa berubah-rubah tergantung kepentingannya dan waktunya.

Jadi kalau masih ada yang bilang Amien Rais tidak konsisten, mengapa Ahok yang jelas-jelas “kutu loncat” tak dibully oleh sebelah, bukankah politikus “kutu loncat” sering dituduh negative, lalu mengapa cap tersebut tak disematkan pada Ahok, tanya kenapa? Ya karena “cinta buta” itu, apapun yang dilakukan Ahok oke-oke saja, ya silahkan saja, siapa yang melarang? Namun bila ada yang tak mendukung Ahok, kenapa pada ribut? Bukankah semuanya pihak punya hak yang sama. Berlaku adilah, karena keadilan lebih dekat kepada Tuhan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun