Karena kalau memantau Pilpres tersebut memang punya jalur resmi dan diundang oleh pemerintah Rusia, termasuk dari Indonesia, ada dua tokoh dari Indonesia yang diundang resmi. Salah satunya mantan ketua MK, Prof. Dr. Jilmly Asshidiqie, SH dan Arif Rahman Hakim Sekjen KPU.
Jadi kembali ke Pilpres Rusia yang adem ayem ini. Lagi-lagi menunjukkan kematangan politik. Pilpres itu hal biasa, mengapa harus sampai memecah belah bangsa. Rusia juga banyak etnis yang berbeda. Ada agama yang berbeda, ada latar belakang yang beragam perbedaaannya. Nah dalam Pilpres Rusia mereka tetap bersatu dan tak ada nyawa yang melayang seperti di Pemilu Afrika atau semacam tawuran yang mengharubiru. Selamat buat Putin yang kembali menjadi Presiden Rusia. Pilpres Rusia bisa menjadi contoh untuk Pilpres RI 2019 mendatang. Dimana Presiden Petahana tidak takut ditantang 7 orang capres!
Rasanya tak mungkin, maka kemenangan Putin sudah di depan mata, atau kalau pakai gaya Orde Baru, apapun pertai pemenangnya, Suharto Presidennya, kira-kira mirip seperti itu, hanya bedanya kalau Suharto sudah takut duluan, karena di MPR dan DPR sudah dikantongi -+60% anggotan MPR dan DPR diangkat , jadi yang dipilih dalam Pemilu saat itu hanya 40%, diperebutkan 3 partai, PPP, Golkar dan PDI, belum pakai P( Perjuangan).
Nah di Rusia, Putin membuka peluang untuk siapapun menantangnya, termasuk dua capres independent, Putin percaya diri, dan menang! Oya, Â di Rusia ada Pilpres tapi tetap dalam rangka kesatuan dan persatuan anak bangsa, bukan saling menjatuhkan dan menghakimi! Majulah Rusia, majulah Indonesia! Demokrasi memang untuk kita semua, anak bangsa di dunia manapun. Bravo.