Mohon tunggu...
Viola Gaisani
Viola Gaisani Mohon Tunggu... 24107030003

je pense, donc je suis. haii, panggil aku violaa. biasanya nulis artikel berkaitan dengan travel, jogja, dan beberapa yang relate sama kehidupan. enjoy!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Anxiety Ring: Bentuk Kecil dari Perang Besar di Dalam Diri

11 Juni 2025   13:47 Diperbarui: 11 Juni 2025   13:47 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anxiety Ring (Source: abassettstudio.com)

Kadang yang paling bikin capek bukan rasa cemasnya, tapi usaha keras buat kelihatan baik-baik aja. Kita tahu kepala lagi penuh, napas pendek, badan gemetar, tapi tetap duduk manis, senyum, ngobrol seperti biasa. Karena satu hal, takut dianggap gila.

Banyak dari kita yang sebenarnya pengen banget cerita. Tapi tiap kali buka mulut, langsung keingat semua kemungkinan buruk. "Nanti aku dikira lebay." "Nanti mereka ngejauh." "Kalau aku jujur, mereka bakal mikir aku rusak." Akhirnya kita tahan semuanya sendiri. Kita pura-pura kuat, karena jadi jujur itu lebih menakutkan daripada tetap diam.

Dan dari semua cara bertahan yang bisa kita lakuin, kita jatuh ke hal-hal kecil yang nggak bikin ribut. Ada yang gigit kuku, mainin ujung baju, atau cuma pegangin benda kecil. Tapi ada juga yang pakai anxiety ring. Cincin kecil yang bisa diputer-puter ini kelihatannya cuma aksesori, tapi buat sebagian orang, itu jadi pelarian paling aman. Pelan-pelan, tanpa suara, tanpa harus jelasin apa-apa ke siapa-siapa.

Gerakan kecil itu sering jadi satu-satunya bentuk perlawanan waktu panik mulai naik. Waktu ruangan terasa sempit, jantung nggak karuan, dan otak muter terus padahal nggak ada apa-apa. Kita puter-puter cincin itu sambil bilang dalam hati, "nggak apa-apa, ini cuma lewat." Karena jujur aja, rasanya lebih gampang muterin cincin daripada ngejelasin kenapa kita tiba-tiba pengen nangis di tengah keramaian.

Bukan karena kita pengen nyembunyiin semuanya, tapi karena kita nggak tahu ke siapa harus cerita. Kita udah terlalu sering denger kalimat kayak "jangan lebay", "kamu kurang bersyukur", atau "itu cuma di pikiran kamu aja." Kita terlalu sering ngerasa harus kuat, harus normal, harus waras. Padahal tiap hari kita jungkir balik buat kelihatan stabil.

Anxiety ring itu akhirnya jadi pelampiasan yang paling bisa diterima. Orang lain nggak akan nanya banyak. Mereka cuma ngira kita lagi iseng, atau sekadar mainin cincin. Padahal di dalamnya, itu bisa jadi satu-satunya cara buat bertahan. Bukan buat nyembuhin, tapi buat tetap bisa napas.

Dan meskipun kedengerannya sepele, benda sekecil itu bisa nyimpen banyak banget rasa. Ada rasa takut, rasa pengen marah, rasa pengen nyerah, rasa nggak tahu harus gimana lagi. Tapi tetap ada juga rasa pengen tetap hidup, pengen terus jalan. Kita pegang cincin itu karena kita nggak tahu lagi harus pegangan ke siapa. Jadi ya, ini aja dulu. Nggak sempurna, tapi cukup.

Kadang kita cuma pengen tahu kalau kita nggak sendirian. Tapi ya gitu, buat bilang "aku butuh bantuan" tuh rasanya kayak mau loncat dari tebing. Kita tahu mungkin akan lega, tapi takut banget kalau nggak ada yang nangkep. Jadi kita tahan. Kita belajar diem. Kita jadi jago banget nyembunyiin semuanya. Sampai akhirnya nggak ada yang benar-benar tahu, kita sekuat itu karena udah nggak punya pilihan lain.

Dan kalau sekarang kamu lagi di fase itu, muter-muterin cincin di jari biar nggak nangis di tempat umum, itu bukan kelemahan. Itu caramu bertahan. Kamu nggak aneh. Kamu juga nggak sendirian. Ada banyak orang yang ngerasa hal yang sama, tapi semuanya diam, karena takut dibilang gila.

Jadi, nggak apa-apa. Pelan-pelan aja. Kamu nggak harus langsung cerita. Kamu nggak harus sembuh hari ini juga. Tapi percaya ya, rasa yang kamu bawa itu valid. Dan kamu nggak kurang apa-apa cuma karena kamu butuh bantuan kecil buat tetap jalan.

Kalau sekarang belum bisa bilang ke siapa-siapa, nggak apa-apa. Yang penting kamu tahu, kamu tetap berharga, bahkan dalam diam. Bahkan dalam putaran kecil di jari kamu yang cuma kamu sendiri yang ngerti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun