Manusia memiliki kelebihan yang sekaligus dapat menjadi kelemahan, yaitu pikiran. Pikiran dapat menjadi kekuatan yang membangun kehidupan, namun juga sebaliknya dapat menghancurkan kehidupan manusia. Seluruh tindakan sadar manusia bersumber pada pikiran dan digerakkan oleh pikiran.Â
Pikiran merupakan hasil dari aktivitas intelektual, yaitu berpikir. Manusia memiliki intelektual dan kehendak untuk mengetahui segala sesuatu yang dapat diketahui oleh manusia dan memilih apa yang menurutnya tepat sesuai perintah dari intelektualnya. Pikiran dan kehendak sangat berhubungan, yang satu memerintah dan yang lain melaksanakan perintah tersebut, sehingga semua saraf motorik manusia bekerja dan melakukan apa yang dipikirkan dan dikehendakinya.Â
Pikiran manusia itu seperti kacamata yang kita pakai ketika ingin melihat objek tertentu. Jika kacamata itu bening, maka semua objek akan nampak apa adanya sesuai dengan warna asli dari objek tersebut. Namun, jika kita menggunakan kacamata hitam, maka objek yang dilihat pasti berwarna hitam pula. Demikian pula dengan warna lainnya. Dengan analogi ini, saya ingin mengatakan bahwa sama seperti warna lensa pada kacamata mempengaruhi penangkapan kita pada objek, demikian pula isi dari pikiran kita mempengaruhi objek yang kita pikirkan dan tindakan kita terhadap objek tersebut.Â
Untuk mempermudah dalam memahami konsep di atas, saya memberikan contoh: Misalnya, ketika pikiran Anda buruk terhadap si A, maka segala sesuatu yang Anda pikirkan tentang si A pasti buruk dan Anda akan berusaha mencari alasan agar dapat memperkuat argumen Anda bahwa si A itu sungguh buruk, walaupun mungkin si A memiliki banyak kebaikan disamping keburukannya.Â
Berbeda halnya jika pikiran Anda baik terhadap si A. Maka segala sesuatu yang Anda pikirkan tentang si A pasti baik dan Anda akan berusaha mencari kebaikan dari si A, walaupun sebenarnya Anda mengakui juga bahwa si A juga memiliki keburukan dan kelemahan sebagai manusia.Â
Kekuatan pikiran negatifÂ
Pikiran negatif dapat mempengaruhi seluruh hidup orang yang berpikiran negatif, bahkan orang-orang yang ada di sekitarnya, Â yang terpengaruh oleh aura negatifnya.Â
Ketika Anda sudah berpikiran negatif terhadap seseorang atau kelompok tertentu, maka stigma itu akan mempengaruhi sudut pandang Anda yang negatif terhadap orang/kelompok tersebut. Demikian pula perkataan Anda secara sadar atau tidak sadar akan melontarkan kata-kata yang menyudutkan orang atau kelompok tersebut. Selalu saja ada hal-hal negatif yang Anda katakan tentang orang/kelompok yang sudah Anda cap negatif, bahkan itu akan semakin bertambah dari hari ke hari, karena pikiran Anda sudah terkontaminasi oleh keburukan, sehingga apapun yang dilakukan oleh orang/kelompok tersebut akan Anda nilai negatif, sekalipun yang dilakukan mereka adalah hal yang positif. Â
Pikiran tidak hanya menggerakkan bibir, tetapi tangan, kaki, dan semua organ tubuh manusia. Jika setiap hari Anda selalu mengatakan hal yang negatif terhadap orang atau kelompok tertentu yang Anda benci atau kecewa, apapun alasannya, maka tindakan Anda pasti akan mengarah pada pelarian. Pilihannya hanya dua: Anda akan memilih untuk pergi dan menghindar dari orang/kelompok tersebut, atau Anda yang akan membuat orang/kelompok tersebut pergi dari hadapan Anda dengan cara apapun.Â
Secara manusia kita hanya bisa melihat efek dari pikiran manusia, yaitu perkataan dan perbuatan yang dilakukan oleh orang tersebut. Namun, perlu kita pahami bahwa setiap tindakan manusia adalah hasil dari pemikirannya, baik itu negatif maupun positif.Â
Kekuatan pikiran positifÂ
Berbeda dengan orang yang berpikiran negatif, orang yang berpikiran positif memiliki kejernihan dalam berpikir. Ia selalu berusaha mencari nilai-nilai positif dari seseorang, kelompok atau peristiwa tertentu. Walaupun ia tahu bahwa orang/kelompok/peristiwa itu buruk, namun ia berusaha mencari nilai positif yang ada di dalam orang/kelompok dan di balik peristiwa tersebut.Â
Pikiran yang positif akan menghasilkan perkataaan yang positif. Perkataan yang positif bukan berarti membenarkan hal negatif tetapi berusaha menonjolkan kebaikan di atas keburukan. Bagi dia membicarakan hal positif lebih menguntungkan dan bermanfaat daripada membicarakan keburukan orang lain atau kelompok tertentu.Â
Perkataan yang positif juga akan menghasilkan perbuatan yang positif dan produktif. Dalam dunia kerja, Â walaupun suasananya negatif, ia tetap bersemangat dan tekun melaksanakan semua tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dan benar. Orang yang positif berprinsip, jika aku tidak bisa merubah lingkunganku menjadi positif, minimal aku bisa memberikan teladan yang positif bagi orang lain lewat perkataan dan perbuatanku.Â
Namun, energi positif selalu tidak disukai oleh energi negatif. Orang yang berpikiran negatif selalu berusaha mempengaruhi orang yang berpikiran positif agar berpikiran negatif juga, dengan dalil realistis, kritis, logis, humanis, Â dan lain sebagainya. Bagi orang yang berpikiran negatif, orang yang berpikiran positif itu seperti kerbau yang dicucuk hidungnya, Â tidak punya pendirian, menjilat, cari aman, dan seterusnya. Namanya juga pikiran negatif, pastilah ia berusaha mengubah dunia menjadi negatif seperti yang ia pikirkan, bahkan dunia orang yang berpikiran positif pun ingin diubahnya dengan segala cara.Â
Kebebasan untuk berpikirÂ
Manusia memiliki intelek untuk berpikir, baik positif maupun negatif, dan kehendak untuk memilih yang positif atau negatif. Itulah kebebasan yang dimiliki oleh manusia. Jika kebebasan itu masih berada di tataran pikiran tidak akan berpengaruh bagi orang lain. Namun jika kebebasan itu sudah merasuk dalam perkataan dan perbuatan, maka disitulah akan terjadi konflik antara kebebasan Anda dengan kebebasan orang lain.Â
Setiap orang memiliki kebebasan, namun yang perlu disadari adalah bahwa kebebasanku dibatasi oleh kebebasan orang lain. Artinya aku bebas berpikir, berbicara dan berbuat apapun, namun kebebasanku itu tidak boleh menghilangkan dan merenggut kebebasan orang lain untuk berpikir, berbicara dan bertindak juga. Demikian pula sebaliknya.Â
Berpikiran positif atau negatif adalah pilihan bebas manusia. Anda bebas untuk memilih berpikiran positif atau negatif terhadap orang, kelompok, atau peristiwa tertentu. Namun, jangan lupa Anda juga bertanggungjawab atas pikiran tersebut, jika pikiran itu sudah berbuah dalam setiap perkataan dan tindakan Anda. Tanggungjawab ini tidak selalu memiliki efek hukum positif, tetapi tanggungjawab ini adalah tanggungjawab eksistensial, Â yang mengandaikan adanya kesadaran dalam diri manusia dan menyangkut seluruh hidup manusia.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI