Mohon tunggu...
Vinsen OSC
Vinsen OSC Mohon Tunggu... Faculty of Philosophy-UnPar CrosierXXIX2017

Fransisca Saraswati-Shania Gracia-Angelina Christy-Marsha Lenathea

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Keterbukaan Yang Membantu

4 September 2025   10:21 Diperbarui: 4 September 2025   10:21 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam itu, udara di Kota Bandung sangatlah dingin. Angin yang berhembus tak henti-hentinya menusuk kulit membuat tubuh bergetar kedinginan. Jaket tebal yang menutupi tubuh pun seakan kalah dengan dinginnya udara saat itu. Berkali-kali kedua tangan disatukan saling digesekkan demi menciptakan secuil kehangatan. Namun, sekali lagi, cara seperti itu pun tetap kalah.

Di balkon sebuah rumah, Arga tampak sedang melamunkan sesuatu. Sorot matanya tampak serius mengarah lurus pada gemerlap lampu-lampu rumah penduduk yang tampak kecil seperti sinar bintang di langit malam. Kedua telapak tangannya dimasukkan ke dalam dua saku jaket tebal yang dipakainya. Guratan di dahinya pun terlihat mengkerut pertanda ia sedang berpikir keras. Berulang kali ia menengadahkan kepalanya ke langit memohon kekuatan pada Tuhan. "Ya Tuhan, jika Engkau menginginkanku berada di jalan ini, tunjukkanlah caranya. Tetapi jika tidak, jadilah kehendak-Mu." Tak lama setelah itu, Arga pun berbalik dan masuk ke dalam rumahnya.

***

Pagi itu, Arga terbangun oleh bunyi dering alarm di handphonenya. Ia melihat jam yang terpampang di sana: 05:50, lalu ia mematikan alarmnya. Ia melihat ke samping tempatnya berbaring; isterinya, Saras sudah tidak ada di sana pertanda sudah bangun. Tak perlu menunda lagi, Arga langsung bangun. Tak lupa ia sempatkan untuk berdoa lalu bergegas untuk mandi. Masih terlihat dari raut mukanya bahwa Arga sangatlah lelah.

"Mas, sudah mandi?" pertanyaan pertama dari Saras menyapa Arga pagi ini. "Sudah", jawab Arga singkat. Tanpa menunggu perintah dari isterinya, Arga pun duduk menghadap meja makan. "Ini mas, sarapan dulu. Setelah itu berangkat", ujar Saras sambil menghidangkan sepiring nasi goreng dengan telur dadar di atasnya, salah satu makan favorit Arga. "Terimakasih, sayang", Arga tersenyum lalu berdoa dan menyantap sarapan itu. Setelah sarapan, Arga pamitan kepada Saras lalu berangkat.

***

Di dalam sebuah ruangan berukuran besar, terdengar lagu rohani 'Allah Peduli' memenuhi ruangan itu. Tak jarang suara lagu itu disahut oleh bunyi kertas, bunyi keyboard komputer, bunyi printer, dan berbagai bunyi dari alat-alat di ruangan itu. Saat itu, Arga tampak serius mengerjakan tugasnya sebagai karyawan sekretariat paroki. Ia pun terlihat serius memasukkan berbagai data yang akan dijadikan arsip.

Tak lama berselang, masuklah seorang pria yang tidak terlalu tua, tapi juga tidak terlalu muda. Ia mengenakan jubah putih yang panjangnya hampir menutupi bagian pergelangan kakinya. "Selamat pagi, Arga", sapa pria itu dengan nada ramah. Arga yang saat itu sedang serius bekerja, sontak terkejut lalu melihat ke arah pintu. "Selamat pgi juga Romo Andre", balas Arga dengan senyum tersungging di wajahnya. Romo Andre, pria tdai langsung menuju kursi yang ada di depan meja kerja Arga. Ia memperhatikan sebentar Arga yang sedang melanjutkan pekerjaannya. "Arga," Romo Andre memanggil namanya dan Arga pun langsung menyahut dengan wajah yang langsung menatap Romo Andre. "Iya, Romo." Romo Andre melanjutkan, "saya dengar cerita dari para romo di sini, kamu sedang ada masalah. Apakah itu benar?" Arga yang ditanya demikian langsung menghentikan pekerjaannya. Ia memundurkan sedikit kursinya, lalu menundukkan kepala sambil berkata "Iya Romo. Itu benar." Romo Andre yang mendapat jawaban demikian juga ikut menghembuskan nafasnya. "Kenapa kamu tidak cerita? Saya romo paroki dan saya juga berhak tahu masalah yang dihadapi oleh karyawan-karyawan saya. Ya sudah, nanti jam 11 sebelum istirahat, kamu datang ke ruangan saya." Mendapat respon demikian dari Romo Andre, Arga hanya mengangguk. "Ya sudah, saya pamit dulu. Masih harus mimpin misa kedua." Romo Andre pun tersenyum kepada Arga lalu beranjak keluar. Arga memperhatikan Romo Andre yang sudah keluar dari ruangannya. Arga menengadah ke langit lalu menghembuskan nafasnya "Ya Tuhan, ada apa lagi ini? Kuatkanlah aku." Meskipun mendapat respon seperti itu, Arga masih bisa bersikap tenang karena Romo Andre adalah romo paroki yang sangat peduli dengannya. Arga pun kembali melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.

***

Arga dan Saras sudah satu tahun menikah. Meski begitu, mereka masih belum dikaruniai buah hati. Arga pernah bekerja menjadi sekretaris sebuah perusahaan terkenal. Karena perusahaan itu bangkrut, Arga terkena PHK. Saras, isterinya bekerja sebagai perawat di sebuah rumah sakit. Namun, tidaklah etis jika hanya isteri yang bekerja; sedangkan suami, kepala keluarga sama sekali tidak bekerja. Maka, untuk dapat menambah penghasilan dan memenuhi kebutuhan sehari-hari, Arga melamar bekerja di sekretariat paroki, meskipun gaji yang didapat tak seberapa. Kendati demikian Arga dan isterinya masih bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Dalam membangun hidp berkeluarga, tidak semua hal berjalan sesuai rencana; bahkan ada juga yang tidak diharapkan terjadi. Begitu juga yang dirasakan oleh Arga dan Saras. Meskipun mereka memiliki pekerjaan, mereka msaih harus membayar berbagai cicilan. Rumah yang mereka tempati daja sudah menunggak satu tahun. Motor yang menjadi satu-satunya kendaraan untuk dipakai bekerja sudah mencapai tunggakan tiga bulan. Ditambah lagi hutang disana-sini yang entah sudah mencapai angka berapa dan belum dilunasi. Itu semua menjadi beban bagi Arga dan Saras. Meski begitu, Arga dan Saras selalu saling membantu. Setiap uang gajian yang didapat akan disatukan, dan dibagi beberapa persen untuk membayar cicilan dan melunasi hutang-hutang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun