Mohon tunggu...
Vinsens Al Hayon
Vinsens Al Hayon Mohon Tunggu... Guru - Penyuluh-Guru

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Memberi yang Terbaik di Tahun Politik

23 Januari 2023   12:37 Diperbarui: 23 Januari 2023   12:46 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri. Siap ajarkan "hidup seimbang."

MEMBERI YANG TERBAIK DI TAHUN POLITIK

(Sebuah Catatan Refelektif)

WAKTU setahun terus maju. Ia berjalan dari sebelumnya, meniti melewati tahun ini dan terus bergerak ke "tahun besok".  "Tahun besok" akan tiba, karenanya tahun ini secara khusus kita diajak mempersiapkan diri untuk masuk ke arena politik "tahun besok," dan  ini ketetapan.

"Tahun besok" adalah tahun untuk menoreh sejarah, olehnya tahun ini menjadi moment untuk introspeksi diri tentang suatu keberadaan dan aksi. Keberadaan dan aksi kita yang telah diukir sehingga dapat menghantar ke "tahun besok" untuk memilih pemimpin.

Tentunya kita perlu "seseorang" untuk memimpin dan bersama menghantar ke depan. Ke depan adalah sederetan waktu. Suatu kurun waktu untuk menjaga keberadaan kita. Ke depan juga berarti "masa depan."

Memang ke depan masih misteri bagi kita namun karena harus dimulai  dan bersinergis dengan masa sekarang maka "kata dan aksi" yang pas untuk mengkover 'sesuatu' untuk masa depan adalah berpikir dan berkehendak memilih "yang terbaik."

"Memilih yang terbaik" adalah juga "memberi yang terbaik" dari kita, oleh kita, dan untuk kita, agar eksistensi kita jadi abadi dalam sejarah, dan untuk kesejahteraan dan kebahagiaan. Sedangkan kesatuan dalam kebersamaan adalah harga mati.  

Untuk tahun yang berjalan ini adalah waktu reflektif, saat-saat mengkritisi dan berupaya memberi "yang terbaik." Kebaikan kecil, kebaikan sedang dan kebaikan besar jika diberi dalam semangat melayani dan didukung atas nama panggilan maka niatan "memberi terbaik dan tepat" yang kita punyai akan terus bertumbuh dan membuahkan hasil.

Karena terus bertumbuh maka ia bermisi menyejahterahkan semua orang yang dilayani dan si pelayan bahagia. Ia kemudian terus berbiak dan sambil berbiak, beranak-pinak. Karena itu yang dibutuhkan hanyalah dua hal; loyalitas dan totalitas dalam memberi (=pelayanan).

Tidak semudah membalikan telapak tangan untuk ejawantah loyalitas dan totalitas dalam pelayanan karena memberi yang terbaik, apalagi benar harus bergelut dengan perjuangan dan tanggungjawab "kemanusiaan dan kebangsaan/ tanah air." Sarat dengan hak, berat dengan kewajiban. Mungkin, sukses dan gagal datang dan pergi, kecewa gembira silih berganti. Tetapi tetap harus maju.

Episode drama terus berjalan sampai detik ini, memungkinkan kita membuka kisah kita "kemarin" yang dapat saja berjibaku di arena licin tapi menarik, bernuansa licik tapi resik. Repot tapi asyik. Sulit tapi wajib. Ruwet tapi gairah. 

Berbahaya tetapi mempesona. Penuh jebakan tapi rindu menarik pesona. Jemu tetapi kembali selalu mempesona. Penuh gejolak tapi semarak. Bisa diperhitungkan tetapi 'ambiar' tidak terduga.

Realita aksi yang kontradiktif seperti tergambar ini memberi bukti bahwa membibit kebaikan dan kebenaran susah-susah gampang. Tetapi sekali bertumbuh, ia terus bertumbuh dan sampai beranak pinak. Buahnya terukir dalam kenikmatan kesejahteraan bersama dengan nama "Pencapaian bonum commune".

Dokpri. Siapkan hati dan budimu.
Dokpri. Siapkan hati dan budimu.

Tahun ini dan beberapa bulan ke depan, sampai dengan puncak pemilihan pemimpin, mungkin mengajak kita omong tentang tiga di antara berbagai jenis pemimpin: pemimpin besar, pemimpin tenar dan pemimpin bijaksana; mengutip pikiran Bung Kanis, (Kanis Pari, Jangan takut berpolitik, 2004).

Pertama, pemimpin yang besar, adalah pemimpin yang dipuja-puja karena tindakan dan perbuatan besar yang jelas kelihatan. Sekitarnya ramai, penuh pengikut, tidak kurang teman dan handai, semua tertarik mengambil bagian dari kebesarannya.

Kedua, pemimpin yang tenar, adalah pemimpin yang disorak-sorai; semua berputar di sekitarnya, berebutan kecipratan secuil ketenaran guna popularitas kapan-kapan. Memanfaatkan waktu memetik keuntungan diri.

Ketiga, pemimpin yang bijaksana, bergulat dengan pertimbangan dan tanggungjawab hati nurani sendiri. Ia biasanya salah dimengerti, dinilai keliru tetapi punya terobosan baru untuk seluruh orang-orang yang bekerja bersamanya.

Ia tidak tenggelam dalam puji, lupa diri dan akhirnya runtuh berderai. Ia tidak mabuk popularitas, goyang kesimbangan dan akhirnya pecah berantakan. Ia memiliki sahabat yang paling setia adalah cuma hati nuraninya sendiri. Prinsipnya; berat yang kupikul, ringan tanggunganmu.

Baginya, hidup hari ini sebenarnya ia bergaul dengan masa depan/ masa datang. Jika berhasil, semua kebagian sorak. Bila gagal, semua buru-buru cuci tangan!

Ketiga jenis pemimpin ini mengajak semua kita untuk berkaca diri demi memberikan yang terbaik hari ini untuk hari esok atau untuk masa depan. Masing-masing kita, ada pada jenis mana, suatu tanya untuk siap sebelum "memberi"  di hari H. "Beri untuk kemanusiaan dan kebangsaan, untuk kesejahteraan, untuk kebersamaan dan untuk kesatuan yang abadi.***  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun