Mohon tunggu...
Vinika Vidia Putri
Vinika Vidia Putri Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Mari berkisah bersama🙌 Menuliskan apa yang tak mampu diungkap dengan suara🎨

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ambang Batas (Teks Peristiwa Sejarah)

11 Mei 2023   22:50 Diperbarui: 11 Mei 2023   22:53 1184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rahwana merupakan raja dari kerajaan Alengkadiraja sekaligus penguasa dunia kegelapan. Ia memiliki sepuluh kepala, sehingga ia diberi gelar "Dasamuka". Gelar "Dasamuka" ini juga mencerminkan bahwa ia menguasai ilmu weda dan sastra. Rahwana adalah buah cinta dari seorang putri kerajaan Detya yang bernama Kaekesi dan seorang resi yang bernama Wisrawa. 

Dalam perjalanan cintanya, Rahwana memiliki banyak istri. Namun, dalam benaknya hanya ada satu wanita yang terpatri. Ialah Dewi Setyowati yang merupakan pertapa wanita, yang mengadakan pemujaan kehadapan Wisnu agar ia diterima menjadi istri sang dewa tersebut. Namun sayang, Rahwana menggagalkan usaha Dewi Setyowati dengan maksud untuk merayu sang dewi agar bersedia menjadi pendamping hidupnya. 

Usaha Rahwana pun gagal, Sang Dewi menolak ajakan Rahwana. Ia lebih memilih mati, dibandingkan harus bersanding dengan Rahwana. Sebelum kematiaannya, Dewi Setyowati bersumpah akan lahir kembali sebagai penyebab kematian Rahwana. 

Pasca beberapa abad berlalu, sang waktu berhasil mempertemukan Rahwana dengan Dewi Shinta yang merupakan reinkarnasi dari Dewi Setyowati. Namun sang waktu tak pernah memihak pada Rahwana, waktu telah membuat posisi Rahwana berada dalam sudut pandang yang salah. Pasalnya, Dewi Shinta telah dimiliki oleh Rama karena telah memenangkan sayembara di Kerajaan Mantili. Melihat cinta sejatinya yang telah dimiliki orang lain, Rahwana hanya memiliki dua pilihan, mengikhlaskannya atau memperjuangkannya. Rahwana pun memilih pilihan kedua. 

Akhirnya diculiklah Dewi Shinta dari genggaman Rama, lalu menempatkan Dewi Shinta di Taman Argosoka, dimana taman ini merupakan replika keindahan surga yang ada di kahyangan dan memperlakukannya bak raja terhadap permaisurinya. Di taman ini, Rahwana sangat memuliakan Dewi Shinta  dan tak pernah sedikitpun menjamah atau menyakitinya. Sebab, Rahwana sangat menghormati kesetiaan Dewi Shinta terhadap suaminya. 


Selama bertahun-tahun Rahwana tetap setia menunggu, sebab menunggu adalah cara terbaik agar sang dewi tidak terluka hatinya. Hingga tiba suatu saat Rahwana pun bertanya pada dayangnya, 

"Dayang, menurutmu berapa lama lagi aku harus bersabar menanti perasaan yang membuat hatiku terkapar?", ujar Rahwana. 

"Maaf raja, mengapa kau terlalu berambisi untuk memiliki Dewi Shinta?. Bukankah banyak istri-istrimu yang lebih anggun parasnya?", jawab sang dayang. 

"Apa maksudmu?, ini hatiku! biar aku yang mengurusnya, sebab kau tak pernah paham apa yang sedang melanda diriku. Biarkan aku  terus menyuapi harapan meski hanya dengan semangkuk imajinasi. Karena hanya itu yang membuatku merasa memiliki Dewi Shinta", tegas Rahwana. 

"Ampun Raja, jika kau bertanya tentang kurun waktu, mengapa kau tak mendatangi dan menyatakan perasaanmu padanya?", sahut sang dayang.

"Tapi bukankah kau sudah banyak mendengar wahai dayang, bahwa setiap hari bahkan berkali-kali aku mendatanginya dan menyatakan rasa cintaku padanya? Apa menurutku ada yang kurang dari seluruh usahaku selama ini?", tanya Rahwana.

"Tidak Raja, tak ada yang kurang. Namun, kau hanya perlu menambahkan ketulusan dan tenggat waktu untuknya", jawab sang dayang. 

"Baiklah, aku akan mencoba sekali lagi, namun hari ini kunyatakan bahwa ini adalah hari terakhir aku menyatakan rasa cintaku pada Dewi Shinta", tegas Rahwana. 

Setelah percakapan itu selesai, Sang Dasamuka akhirnya mendatangi Dewi Shinta di Taman Argosoka. Dengan hati yang penuh harap, ia pergi bersama ambisi yang kerap kali melahap. Ia pun bertanya dengan lembut pada Dewi Shinta 

"Duhai wanita terkasih, engkaulah satu-satunya cinta yang terlukis dalam hati dan terpahat dalam sanubari. Maukah kau menjadi penggenap diri?", ucap Rahwana pada Dewi Shinta. 

"Duhai lelaki pemilik cinta suci, sejujurnya aku juga telah menempatkanmu dalam hati dan sanubari, kau selalu memperlakukanku bak permaisuri. Akan tetapi, raga yang lemah ini, telah diikat oleh janji suci antara aku dan suamiku Rama. Maka dengan sangat terpaksa, aku mohon relakanlah aku dan kembalikanlah aku pada suamiku, jika memang ketulusanmu itu memang benar nyata adanya", jawab Dewi Shinta. 

"Baik jika itu pintamu, sebagai ksatria sejati aku akan mengundang Rama untuk berperang satu lawan satu. Kelak siapapun yang menjadi pemenangnya, ia akan menjadi pemilikmu selamanya", ujar Rahwana. 

Pasca pernyataan itu disepakati, akhirnya Rama pun datang dengan membondong bala tentara yang dibantu oleh Hanoman. Dengan rangka yang telah membentuk tegak badannya, Rahwana pun menyambut Rama dengan perkataan,"Wahai Rama, aku mencintai istrimu Dewi Shinta!. Apapun kan kuberikan untuknya, sekalipun harus ku korbankan nyawaku!". 

Semua pasukan Rahwana bertarung dengan pasukan Rama. Sampai tibalah dihari pertempuran terakhir, Rama dan Rahwana bertanding satu lawan satu. Mereka berdua saling beradu senjata, namun hasilnya nihil, senjata kedua belah pihak tak bisa menembus pertahanan keduanya. 

Hingga pada akhirnya Rama menggunakan senjata Brahmastra yang bernama Panah Guhyawijaya. Senjata tersebut tepat sasaran dan mampu menembus dada Rahwana. 

"Nikmati rasa sakit dari Guhyawijayaku, Rahwana", tegas Rama sembari menyuarakan kemenangannya. 

Dengan raga yang mulai melemah, Rahwana tak ada niat untuk membalas senyum kesombongan Rama. Ia hanya mengucap kalimat sakral sekaligus menggunungkan harapan pada tuhan semesta alam. 

"Tuhan jagalah Shinta untukku, yang tak pernah kau takdirkan aku untuk mensejajari langkahnya", rintih Rahwana. 

Selang beberapa waktu setelah rintihan tersebut, akhirnya nyawa Rahwana berhasil direnggut. Kematian Rahwana adalah ambang batas dari perjuangannya, namun tidak untuk kesetiaan dan kesucian cintanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun