"Sorry sir, I lost my signal. Could you repeat what you asked before?"Â
Seruan seperti di atas sepertinya sudah menjadi makanan sehari-hari bagi saya yang mengalami kuliah daring (kuliah online)Â selama kurang lebih satu setengah tahun ke belakang ini. Entah benar-benar kehilangan sinyal atau hanya sekedar alibi karena tertidur, memang sinyal telekomunikasi adalah kendala kita semua dalam pembelajaran di masa pandemi ini. Bahkan, di awal-awal pandemi, saya pernah mendengar berita seorang mahasiswa yang meninggal karena terjatuh dari atap masjid hanya karena mendiang membutuhkan sinyal untuk mengirimkan tugas kepada sang dosen. Miris.
Internet Kita Lemot
Melihat kenyataan yang demikian adanya, seharusnya ada upaya untuk kita memperbaiki masalah per-sinyalan ini. Memang, kualitas internet kita bisa dibilang sudah lebih meningkat dibandingkan dengan awal pandemi covid-19. Meskipun, menurut data dari Ookla pada tahun 2022 yang dilansir oleh kompas, kecepatan internet kita masih jauh berada di bawah negara-negara lain seperti Vietnam ataupun Malaysia. Kecepatan internet kita baru berada di nilai median (nilai tengah) 17,24 Mbps (Megabit per sekon). Jauh di bawah rata-rata dunia yang berada di angka 29,91 Mbps.Â
Barangkali pemerintah kita sekarang ini masih menggunakan prinsip yang sama dengan pemerintah di tahun 2012-an. Internet cepat memangnya buat apa?Â
Kurang Merata
Di samping internet kita yang berjalan layaknya kukang, pemerataan internet di Indonesia juga bisa dibilang masih berada pada level miris. Dilansir dari data BPS, persebaran menara BTS (menara telekomunikasi seluler) di Papua dan Papua Barat hanya berjumlah 931 menara pada 2020. Berbanding terbalik dengan Jawa Barat yang memiliki 4.476 menara pada 2020. Padahal, jika kita melihat dari luas wilayah, Jawa Barat hanya berukuran 1,85% dari seluruh wilayah Indonesia. Dibandingkan dengan keseluruhan Papua (termasuk Papua Barat) yang berukuran 22,01% dari total seluruh wilayah Indonesia.
Â
Padahal seyogyanya, meskipun jumlah penduduk Jawa Barat lebih banyak daripada keseluruhan Papua, jumlah BTS yang tersebar di Papua harus lebih banyak daripada di Jawa Barat. Ini berkaitan dengan kelancaran transmisi sinyal yang memerlukan banyak penguat. Dalam istilah teknik telekomunikasi, hal ini disebut Amplifier. Dan bayangkan saja, ketika luas wilayah yang sedemikian besar hanya memiliki menara penguat yang sedikit, maka internet secepat apapun akan menjadi tidak terasa.Â
Kiat Menghantarkan Pendidikan Indonesia ke Dunia Digital
Kiat untuk menghantarkan pendidikan Indonesia ke dunia digital bisa dimulai dan diawali dengan perbaikan infrastruktur telekomunikasi kita. Percuma jikalau kita memberikan training kepada para guru dan wali murid untuk menjadi digital, sedangkan kemampuan kita untuk masuk ke dunia digital itu sendiri masih terhalang oleh sinyal.Â
Di sisi lain, pemerataan sinyal juga harus dibarengi dengan adanya pemanfaatan internet berkecepatan tinggi dengan bijak. Jangan sampai adanya pemerataan sinyal malah membuat hoax, misinformasi, dan pembodohan marak di mana-mana. Dalam hal ini, peran guru untuk menyaring dan memilah serta menilik informasi mana yang benar sangat diperlukan. Karena bukan rahasia umum lagi, sangat banyak propaganda dan pembodohan yang dapat ditemukan di media sosial seperti TikTok, apalagi Facebook.Â